Sudah beberapa bulan ini aku selalu nyesek. Mengingat dan memikirkan hubunganku denganmu yang ternyata tak mulus. Belum sampai setengah tahun sudah terjadi salah paham.
Entah apa yang ada dalam pikiranku, hingga aku teramat kesal kepadamu. Kekesalan itu kuluapkan begitu saja. Tanpa memikirkan bagaimana perasaan dan harga dirimu sebagai lelaki.
Saat menyadari kesalahanku, semua telah berubah. Kau bersikap dingin. Segala chat yang biasanya kau respon di tengah kesibukanmu sebagai abdi negara, kini tak ada lagi.
Chat tak kau sentuh, tak kau baca. Sungguh, kau harus tahu bahwa aku sangat menyesal. Ingin kutemui dan kutebus semua kesalahanku, namun kau masih berada di perantauan.
Kau ingat lagu Dan-nya Sheila on 7 kan? Pada refrain, ada syair "Caci maki saja diriku bila itu bisa membuatmu kembali bersinar dan berpijar seperti dulu kala."
Ya, saat berharap maafmu, terlintas di benak dan pikiranku, kau caci maki yang kudengar dari suara beratmu, akan kuterima dengan lapang dada.
***
"Emang tadinya gimana sih, Rana?" Selidik sahabat karibku, Sandra. Kau pernah bertemu dengannya. Perempuan yang lemah lembut, tak seperti aku yang ceplas-ceplos.
Dia menjadi teman curhatku sejak awal mengenal,dan jadian denganmu. Sampai hubungan kita bermasalah.
"Aku berharap pas pulang, dia menemuiku. Namun dia malah asyik dengan teman-temannya." Aku mulai bercerita kepada Rana.