Tujuh tahun yang lalu aku mengenalnya. Beliau adalah dosenku saat aku mengambil kuliah S1 lagi. Seperti kurang kerjaan, sudah sarjana tapi tidak melanjutkan S2. Ah, biarlah! Aku tak peduli anggapan orang lain.
Teman-teman kuliah menyebut kalau aku adalah mahasiswa kesayangan beliau. Hahah... ada-ada saja. Sebenarnya bukan mahasiswa kesayangan. Aku menganggap itu hanya faktor keberuntungan. Beruntung karena dalam proses bimbingan tugas akhir di bawah bimbingannya sangat cepat.
Kuharap kalian tidak berpikir aneh-aneh. Saat aku kuliah, aku sudah punya anak. Dosenku itu juga sudah sepuh sekali. Sudah besar-besar cucunya. Aku seusia dengan putri beliau.
Beberapa bulan yang lalu, aku rasan-rasan atau memperbincangkan beliau bersama teman kuliah. Lama tak ada kabar dari beliau. Padahal biasanya beliau aktif di akun Facebook. Mengupdate status atau menyapa mahasiswa-mahasiswa yang dulu diajar.
Kebanyakan mahasiswa-mahasiswa itu senior di lingkungan kecamatanku. Kalau aku, apalah dibandingkan mereka. Pokoke aja dibandhing-bandhingke! Hihihiii.
***
Akhirnya kemarin sore sapaan dari beliau yang terhormat muncul dari messenger. Segera kubalas sapaan beliau.
Lalu kuklik wall akun Facebook-nya. Aku tak tahu, ragu tepatnya, sepertinya akun beliau baru lagi. Ada tag dari putrinya yang menunjukkan video beliau baru sakit. Dalam video itu beliau shalat sambil tiduran.
Jadi selama ini beliau tidak aktif di dunia maya karena kondisi kesehatan beliau menurun. Ya meski beliau mengaku sehat saat ini.
Melikan-Ngawis, 5 Oktober 2022