Lihat ke Halaman Asli

Zahrotul Mujahidah

TERVERIFIKASI

Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Nasib Kepompong dan Kupu-Kupu

Diperbarui: 8 Oktober 2021   07:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: rahasiabelajar.com

Lela tampak sedih. Ketika pulang sekolah tadi, dia melihat banyak orang yang sedang mencari enthung atau kepompong.

Lela tahu, pasti kepompong atau enthung itu akan dijual atau dimasak dan dimakan sebagai lauk. Orang-orang, termasuk teman-teman di sekitar Lela, memang sangat menyukai menu kepompong saat musim kepompong tiba.

Kalau tidak dimakan, kepompong itu dijual dengan harga yang sangat mahal. Lebih mahal daripada harga ayam. Tentu sangat menggiurkan.

Makanya mereka rela pergi ke daerah lain yang juga banyak pohon-pohon jati yang daunnya habis dimakan ulat. Berburu kepompong demi uang atau makan mereka.

Lela ingat dari penjelasan Bu guru di sekolah kalau kepompong yang nantinya akan berubah menjadi kupu-kupu yang cantik dan indah serta bermanfaat bagi seluruh makhluk hidup. Makanya harus dilestarikan.

Kepompong berasal dari telur kupu-kupu. Telur kupu-kupu berubah menjadi ulat, baru menjadi kepompong dan dua mingguan kemudian akan menjadi kupu-kupu.

Dari informasi yang dibaca Lela, kupu-kupu, selain indah dilihat, juga termasuk bangsa serangga yang membantu penyerbukan bunga. Lalu bunga-bunga itu akan berkembang menjadi buah-buahan yang bisa dimakan manusia.

***

"Lel, kepompong enak dimakan lhooo," ucap Leo.

"Bener. Aku kemarin juga nyicipi sedikit gorengan kepompong, rasanya emmmm...yummmy!" Kelakar Bintang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline