Lekat di ingatanku, kita sering ke perpustakaan kampus saat jam kuliah kosong. Sekadar membaca novel atau mencari buku literatur untuk tugas kita. Di ruang baca. Ruang baca perpustakaan kebetulan bersebelahan dengan lapangan Fakultas Ilmu Keolahragaan.
Di sela membaca, kita mengamati para mahasiswa program studi olahraga. Yang kuingat, mereka sering bermain sepakbola di bawah terik matahari.
Dari beberapa mahasiswa yang berolahraga itu ada sosok yang kamu kagumi. Aku tahu. Kamu memberitahukannya padaku.
Kita memperbincangkan sosok itu. Fathurrahman namanya. Sering kamu sapa Rahman. Kita memandangi Rahman dan teman-temannya. Sesaat lalu Rahman memandang ke arah jendela perpustakaan yang saat itu berupa jendela bening. Siapapun di dalamnya pasti terlihat.
Senyum Rahman yang manis membuatmu benar-benar fall in love. Aku mengambil kesimpulan kalau kamu ke perpustakaan kampus tujuan utamanya mau melihat Rahman. Mencari buku literatur untuk tugas hanya tujuan sampiran.
Buktinya kamu sering tak membaca buku dan mencatat kalimat yang akan menjadi kutipan di tugas makalah. Apalagi kalau tugasnya berkelompok atau berdua. Pasti kamu buru-buru menggamitku. Artinya aku harus sekelompok denganmu. Dengan begitu kamu bisa "titip nama" di makalah kelompok.
Ah...sudahlah. Kukira tak perlu kubahas lagi tentang hal itu. Apalagi membahas tentang Rahman.
Namun kini kuingat lagi, saat kamu minta tolong diajari membuat tulisan yang bagus. Permintaanmu itu merupakan kali pertama kamu minta tolong setelah sekian puluh tahun tak bersua. Aku memang iseng mengunggah karya pertamaku di Facebook.
"Kapan-kapan kita ke perpustakaan kampus yuk. Sambil melihat mahasiswa yang main bola," candaku saat membalas komentarmu.
***