Lihat ke Halaman Asli

Zahrotul Mujahidah

TERVERIFIKASI

Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Belajar Unggah-ungguh dari Kepala Sekolah

Diperbarui: 31 Juli 2021   21:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: dictio.id

Sebagai orang Jawa tulen bukan berarti saya bisa berbahasa Jawa yang tepat. Kalau sekadar ngobrol dengan teman sebaya atau orang yang usianya lebih muda saja, saya tak menemukan kesulitan. Cukup gunakan Basa Jawa Ngoko.

Lalu bagaimana jika berhadapan dengan orangtua, orang dewasa dan atasan?

Mengenal Tingkatan Basa Jawa

Terus terang saya kesulitan juga dalam berkomunikasi secara tepat dengan orang tua, orang dewasa, atasan atau sesepuh. 

Maklum di kalangan orang Jawa tingkatan berbahasa terdiri dari basa Jawa Krama dan basa Ngoko. Basa Ngoko sendiri terdiri dari Ngoko lugu dan Ngoko alus. Sedangkan Basa Krama meliputi basa Krama lugu dan Krama Inggil. Jadi ada empat tingkatan basa Jawa.

Penggunaan keempat tingkatan bahasa Jawa cukup sulit. Jika tak paham unggah-ungguh plus aturannya maka bisa salah kaprah dan terkesan tidak sopan. 

Pertama jika saya tadi sudah menuliskan bahwa ketika ngobrol dengan teman sebaya atau orang yang lebih muda maka saya pergunakan basa Jawa Ngoko (Ngoko lugu). Ngoko lugu juga biasa dipergunakan ketika orangtua bercakap-cakap dengan anaknya.

Kedua jika berhadapan dengan teman kerja dan menunjukkan sopan santun maka saya mempergunakan basa Jawa Ngoko alus. Ngoko alus ini sering saya pergunakan saat bercakap-cakap dengan rekan kantor, entah yang usianya lebih muda maupun sepantaran.

Dengan bahasa Ngoko alus ini saya dan rekan kerja bisa bercanda namun tetap mengutamakan kesopanan. Jika berbahasa Jawa Ngoko lugu, paling mudah dengan menyebutkan "aku" dan "Kowe" untuk sapaannya. Namun jika berbahasa Ngoko alus maka istilah "aku" saya ganti dengan "kula". Sedangkan "Kowe" diganti dengan "njenengan". 

Tingkatan ketiga, krama lugu. Bahasa ini dipergunakan untuk bercakap-cakap antara anak dengan orang tua, sesepuh dan teman yang tak terlalu akrab maupun orang yang lebih tinggi kedudukannya. Jika berhadapan dengan orang yang kedudukannya lebih tinggi namun usianya lebih muda, tetap usahakan menggunakan Krama lugu atau bahkan Krama Inggil. 

Tingkatan tertinggi ada basa Jawa Krama Inggil. Penggunaannya hampir sama dengan Krama lugu. Letak perbedaannya ada pada tingkatan serta kosa katanya. Bertemu dan berbincang dengan orang lain yang belum dikenalpun mempergunakan basa tingkatan ini.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline