Lihat ke Halaman Asli

Zahrotul Mujahidah

TERVERIFIKASI

Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Beberapa Alasan Memilihkan Sekolah untuk Anak di Sekitar Kami

Diperbarui: 11 Januari 2021   17:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: gresnews.com

Memilihkan sekolah untuk buah hati adalah hal yang gampang-gampang susah. Ada banyak orangtua yang mendengar kelebihan-kelebihan guru dari sekolah tertentu hingga fasilitas ataupun gengsi.

Ada pula yang melihat, apakah anak si guru bersekolah di tempat orangtuanya mengajar. Jika melihat anak guru bersekolah di sekolah yang sama dengan tempat kerja ibu atau ayahnya, orangtua siswa mantap memasukkan anaknya di sekolah tersebut.

Jadi orangtua siswa beranggapan bahwa jika anak guru bersekolah di tempat kerja sang bapak atau ibu, artinya sekolah tersebut berkualitas. Tak mungkin seorang guru asal dalam memilihkan sekolah untuk buah hatinya.

Setidaknya itulah yang menjadi alasan klasik bagi orangtua dalam memilihkan sekolah untuk anak. Semuanya wajar dan tidak bisa dikatakan salah semua.

Siswa keluar masuk dari sekolah kami sudah menjadi sebuah hal yang biasa. Apalagi siswa sekolah kami ada yang berasal dari pondok pesantren. 

Rata-rata siswa dari pondok ini memiliki masalah keluarga, broken home. Terkadang karakter siswa sulit sekali diatur. Meski sebenarnya tak semuanya seperti itu. Ada juga siswa yang patuh dan memang sengaja dipondokkan oleh kedua orangtuanya untuk belajar agama.

Pondok pesantren tersebut bekerjasama dengan sekolah kami dalam pembelajaran formalnya. Jadi guru-guru di sekolah jadi sedikit tahu bagaimana siswa dari pondok dan permasalahan mereka dan orangtuanya.

Siapapun pasti menghendaki keluarga yang selalu sakinah mawadah warahmah. Namun dalam kenyataan tak seperti yang diharapkan. Akhirnya anak harus merasakan kepahitan hidup.

Anak menjadi objek rebutan antara ayah dan ibunya yang sudah bercerai. Ada beberapa siswa yang semula dipondokkan oleh ibunya, lalu berakhir pada perebutan anak-anak.

Saya pribadi turut prihatin tentunya. Di saat anak nyaman belajar, namun karena perseteruan ibu dan ayahnya, belajarnya menjadi terganggu.

Alhasil, si ibu yang sudah menikah dan telah melahirkan anak lagi, harus melepaskan anaknya. Sering sang ibu mengirimkan pesan pribadi karena tak bisa bertemu anak, berkomunikasi dan tugas sekolahpun terbengkalai.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline