Lihat ke Halaman Asli

Zahrotul Mujahidah

TERVERIFIKASI

Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

November di Jogja

Diperbarui: 25 Desember 2020   17:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: gudeg.net

Setelah empat tahun belajar di salah perguruan tinggi negeri di Jogja, gelar sarjana pendidikan dapat dipastikan bisa kupegang di bulan Agustus. Selepas itu masih ada revisi sedikit dari naskah skripsiku.

Sebuah skripsi yang hanya kupersembahkan untuk kedua orangtuaku, saudara dan sahabat dekat. Tak ada namamu di sana. Sedianya akan tersemat namamu di sana.

Kedekatan kita sebenarnya bukan tanpa sengaja. Kita dalam satu tim KKN. Kamu sering curhat tentang kecenganmu. Kudengarkan dengan seksama.

Kamu adalah teman satu program studi. Kebetulan kita bisa masuk dalam satu tim. Aku sendiri tak pernah berharap bisa bekerjasama denganmu saat KKN.

Ternyata Allah mengatur sedemikian indah skenario hidupku. Aku dan kamu satu tim KKN. Nafisha, temen kita, yang heboh karenanya.

"Kesempatan lebih dekat dengan Yudi, Kin!" Ucap Nafisha semangat.

Aku tersipu. Tetapi meski satu tim aku tak pernah berharap apapun akan hubungan kita. Kutahu kita tak mungkin bersatu. Apapun alasannya.

**

"Orang Sunda dan orang Jawa itu nggak cocok berumah tangga. Gitu ibuku bilang, Kin!"

Yudi mulai curhat. Dia dekat dengan Reni, mahasiswi dari teknik Tata Boga. Reni itu orang Jawa tulen. Dari sebuah kabupaten di Yogyakarta yang terkenal dengan kondisi alam yang sering kekeringan.

"Kamu yakinkan ibumu dong, Yud! Jodoh itu nggak lihat-lihat dari suku apa kan? Langgeng tidaknya hubungan ya ditentukan dari kedewasaan dua orang yang menjalani hubungan..."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline