Siapapun yang pernah menjejakkan kaki di tanah Ngayogyakarta, pasti akan mengenang banyak hal di setiap sudut kota. Para mahasiswa yang kuliah di kota pelajar ini bisa menikmati keindahan kota sekaligus bangunan cagar budaya yang nilai kesejarahan dan estetisnya tinggi.
Keraton Yogyakarta dan Benteng Vredeburg, icon paling terkenal di pusat kota. Bisa jadi setiap ada jadwal karya wisata, dua tempat ini selalu masuk dalam list objek wisata yang harus dikunjungi. Ya selain Museum Jogja Kembali di Sleman atau Museum Dirgantara.
Keraton Ngayogyakarta saya kunjungi bersama satu angkatan dalam jam kosong perkuliahan. Sayangnya momen ke Keraton bersama teman seangkatan tak terdokumentasi maklum saat itu harus membeli rol film jika ingin memotret segala sesuatu.
Meski ke Keraton, saat itu kami belum sempat ke Taman Sari. Bangunan cagar budaya Taman Sari saya kunjungi bersama saudara dan teman dari kampus lain. Situs yang terkenal dengan pemandian para putri dan Sumur Gumuling ini tentu sangat menarik.
Lokasinya tidak begitu jauh dari Keraton Yogyakarta. Beralamat di Jalan Tamanan, Patehan, Kecamatan Kraton, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta. Di sebelah barat keraton.
Waktu itu kami bertiga hanya ingin dolan di sekitar pemandian terus pulang. Namun ada sosok lelaki tua bertopi mendekati kami dan menawarkan diri untuk berkeliling dan memandu ke kompleks Taman Sari.
Semula saya membayangkan bahwa kompleks Taman Sari tak begitu luas. Ternyata, luas sekali. Lelah juga berkeliling di sana. Karena kesejarahan tentang Taman Sari tak begitu kami pahami, ya kami nikmati penjelasan dari bapak tadi.
Ternyata secara umum kompleks Taman Sari terdiri dari empat bagian dan masing-masing bagian memiliki fungsi sendiri-sendiri.
Bagian pertama dan paling utama adalah danau buatan atau Segaran. Fungsi dari bagian ini adalah untuk memelihara berbagai jenis ikan dan bersampan bagi Sultan dan keluarga kerajaan. Untuk saat ini bagian Segaran ini diperuntukkan bagi pemukiman warga (Perkampungan Taman).
Selain itu ada Pulo Kenanga (Kenongo) dan Pulo Cemethi dan Sumur Gumuling. Pada Pulo Kenanga terdapat Gedung Kenanga. Jika naik pada bagian ini ---meski berupa bangunan yang rusak--- pengunjung bisa menikmati keindahan kota Yogyakarta.
Dari bapak yang menemani kami, dari bagian ini pengunjung ditunjukkan bahwa dari Keraton Yogyakarta sampai Gunung Merapi berada dalam satu garis lurus. "Kados piyantun putri nek sare, mbak." Terang bapak tadi. Kami mendengarnya mesam-mesem.