Lihat ke Halaman Asli

Zahrotul Mujahidah

TERVERIFIKASI

Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Memenej si Kecil Agar Tidak Keranjingan Gawai

Diperbarui: 28 Mei 2020   13:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mendampingi si kecil ketika memegang gawai. Dokpri

Jika boleh jujur, saat ini hampir semua orang sangat dekat dengan gawai. Dari balita hingga orang dewasa, sangat bersahabat dengan benda persegi panjang nan tipis itu. 

Gawai. Saking kedekatan orang dengan gawai hingga sering dikatakan "setan persegi panjang". Itu istilah yang sering saya dengar karena gawai bisa melalaikan kewajiban-kewajiban seperti menyelesaikan tugas, shalat dan sebagainya. 

Ya...gawai bisa membuat orang lupa waktu. Malah terkadang lupa untuk merawat buah hati dan urusan lainnya. Buah hati sering dicekoki gawai demi suasana tenang, agar anak tidak rewel.

Memang begitu nyatanya. Dari anak hingga orang dewasa jika memegang gawai pasti akan konsentrasi pada gawai. Disapa, diajak bicara atau ngobrol kadang tidak nyambung.

Sebenarnya memegang gawai memang harus ada masa tersendiri. Pada usia tertentu barulah anak boleh memegang gawai. Namun nyatanya gawai sudah dikuasai para balita.

Balita saya juga demikian. Jika melihat ibunya memegang gawai meski tak dioperasikan maka pasti akan langsung minta disetelkan YouTube. Anehnya jika bapaknya yang memegang gawai seberapapun lamanya dia tidak peduli.

Karenanya saya berusaha untuk jauh dari gawai. Meski harus membuat tersendat komunikasi dengan teman dan anak didik. 

Saya membagi waktu dan membatasi diri untuk tidak terlalu lama memegang gawai. Ya demi si balita saya. Saya tak ingin si bungsu saya itu mengalami gangguan penglihatan dan komunikasinya.

Memberi waktu memegang gawai bagi si kecil dalam waktu yang sebentar dan dilanjut dengan berbagai permainan yang menarik baginya. Ya meski nantinya terkesan kotor, jorok dan membuat berantakan rumah. Tak apalah. Anak akan belajar banyak hal dari kotor dan berantakan itu. Heee...

Biasanya setelah bermain gawai, si bungsu saya buatkan susu terlebih dahulu. Dia terbiasa seperti itu. Baru kemudian dia bermain yang ada di ruang keluarga atau halaman rumah. Entah mobil-mobilan, toples, dan sebagainya.

Bermain toples atau kaleng bekas wadah wafer ---sebagai ganti balok--- dengan cara menumpuk-numpuk membuat dia belajar konsentrasi dan seni. Kalau dia lelah dan bosan biasanya akan berteriak. Saya yang mendampingi harus membantu dia untuk menyusun seperti keinginannya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline