Jelang Ramadan, biasanya orang-orang melakukan ziarah kubur ke makam para sesepuh. Orang Jawa mengatakan itu adalah nyekar. Namun saat pandemi covid 19 ini banyak yang tak lagi nyekar.
Orang-orang merasa tak aman untuk meninggalkan rumah. Serasa pergi untuk berperang ketika keluar rumah, bahkan sekadar untuk membeli bahan makanan pokok.
Dan memang ketika berhadapan dengan wabah yang mengerikan termasuk perang. Dalam istilah agama Islam dikenal dengan istilah jihad. Karenanya jika manusia sabar dalam menghadapi cobaan tersebut maka akan bernilai seperti orang jihad.
Kembali ke kebiasaan masyarakat umum, nyekar adalah salah satu ritual untuk mengingat kematian, mendoakan keluarga yang telah tiada dan menyiapkan diri demi menjalani ibadah puasa secara khusyuk.
Ada seorang saudara saya, seharusnya mengantarkan bapaknya yang sepuh untuk nyekar ke makam saudara di ibu kota kabupaten. Namun karena waspada, saudara saya lebih memilih untuk tetap berada di rumah.
Saudara saya yang memang digadang-gadang oleh tiga kakaknya yang tinggal di Yogyakarta, tak peduli jika akhirnya dibenci oleh bapak dan kakak-kakaknya karena untuk meyakinkan mereka tak semudah membalikkan tangan.
Semua yang dilakukan demi kesehatan pribadi yang akan berpengaruh juga bagi kesehatan keluarga dan lingkungan sekitarnya. Bukan karena ingin durhaka. Semua karena alasan kesehatan yang harus diprioritaskan. Apalagi ada himbauan untuk tetap berada di rumah.
Saya juga sangat paham dan mengerti alasan penolakan saudara saya itu. Maklumlah, kawasan ibu kota kabupaten kami termasuk zona merah setelah beberapa kali pasien positif Corona sembuh dan disusul dengan pasien positif corona lainnya yang juga akhirnya sembuh.
Memang tepat langkah yang diambil saudara. Kita tak boleh merasa kebal virus mengerikan itu. Jadi untuk bepergian jauh memang harus dipikirkan ribuan kali. Dia tinggal mengomunikasikan dengan baik tentang kondisi yang sebenarnya serta langkah antisipasi agar terhindar dari virus corona.
Untuk tradisi nyekar, mungkin sementara waktu tak perlu dilaksanakan. Lebih baik utamakan untuk melakukan pencegahan agar tidak menjadi korban positif Corona berikutnya.
Bukankah dalam ajaran agama melalui nabinya mengajarkan agar tidak masuk ke wilayah yang terjangkit wabah? Dalam hadis lain Nabi SAW bersabda, tidak boleh berbuat madlarat dan hal yang menimbulkan madlarat (HR Ibn Majah dan Ahmad ibn Hanbal dari Abdullah ibn 'Abbas).