Diiringi alunan lembut lagu Tak Bisa ke Lain Hati kutuliskan tentang kenangan bersamamu. Sebuah lagu klasik yang menjadikan kita menjadi sepasang sejoli yang berjanji saling setia.
Usia kita saat itu sekitar 17 atau 18 tahun. Kita duduk di kelas III SMA. Sejak kelas I selalu berbincang dan berdiskusi tentang materi pelajaran yang sulit bagiku, terutama.
Maklum, meski aku masuk sekolah favorit kita, aku bukanlah seorang siswa yang cerdas. Ketika masa pendaftaran, aku hanya nekat saja. Dan benar, saat pengumuman tiba, aku menjadi salah satu pendaftar yang masuk kategori cadangan. Artinya aku bisa menjadi siswa di SMA itu jika ada pendaftar lain yang mengundurkan diri.
Rupanya keberuntungan tengah berpihak padaku. Sampai masa registrasi berakhir, ada beberapa pendaftar yang mengundurkan diri. Rata-rata lelaki. Mereka memilih SMK.
**
"Aku pusing dengan materi Eksak. Mungkin aku terlalu pede bersekolah di sini. Tahu begitu, aku dulu daftar di sekolah lain saja..." gerutuku di dalam kelas waktu PR Fisikaku masih belum tersentuh.
Kamu tertawa mendengar gerutuanku.
"Iya. Emang sulit. Apalagi kalau cuma dilihat..." sahutmu.
Aku manyun mendengar ucapanmu itu.
"Lah kamu cuma nggedumel gitu. Baca soalnya trus tanya sama ahlinya dong!"
Kembali kamu mengucapkan kalimat yang membuatku tambah kesal. Apalagi kau ucapkan itu sambil menepuk-nepuk dadamu.