Lihat ke Halaman Asli

Zahrotul Mujahidah

TERVERIFIKASI

Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Ciptakan Rumah yang Ramah Anak

Diperbarui: 24 Januari 2020   11:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: duniabelajaranak.id

Hari ini saya sangat prihatin ketika mendengar penuturan seorang sahabat. Sahabat saya menuturkan bahwa tetangganya sangat khawatir pada anaknya. Si anak mengancam akan bunuh diri. Ini bukan perkara sepele. Apalagi si anak masih duduk di SD.

Usut punya usut, ternyata si anak merasa tertekan disekolahkan di sebuah sekolah pilihan ibunya. Dia merasa stress, untuk mengikuti pelajaran terasa sulit. Terlebih lagi, dia kesulitan menghafal surat-surat pendek dan konsep perkalian saja sulit. Padahal si anak sudah duduk di kelas VI.

Saya menimpali cerita sahabat saya. Ternyata si anak bersikeras untuk sekolah di sekitar tempat tinggal. Namun si ibu memaksakan anak untuk bersekolah di sekolah Islam Terpadu yang lebih mentereng.

"Mbok ya si ibunya dinasehati, jeng. Biar anak memilih sekolahnya nanti..."

"Walah, bu. Dia itu gengsinya luar biasa. Simbokku yang menasehati si ibu juga nggak didengar..."

"Tapi kasihan si anak kan, jeng..."

"Iya, bu. Sudah kukasih tahu ibunya. Kalau sekolah SD dan SMP itu nggak perlu jauh. Toh sekolah di manapun bagus. Tapi ya itu tadi, si ibu gengsinya tinggi..."

**

Siapapun yang sudah berkeluarga dan memiliki anak, pasti menginginkan hal terbaik bagi anaknya. Sejak anak dalam kandungan, dilahirkan, balita sampai sekolah pun semua dipikirkan.

Saking sayang dan khawatir dengan masa depan anak, tak jarang orangtua memaksakan kehendak pada anak. Sampai sekolah pun ditentukan orang tua.

Orangtua kurang menyadari bahwa hal yang dipikirkannya baik belum tentu baik untuk anak. Memang kewajiban orangtua adalah membekali anak dengan ilmu demi masa depan anak. Namun bukan berarti memaksakan anak harus sekolah di sini atau di sana.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline