Lihat ke Halaman Asli

Zahrotul Mujahidah

TERVERIFIKASI

Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Cerpen | Angdu dan Lema

Diperbarui: 22 Januari 2020   08:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar: flickr.com

Hai, aku Angdu. Aku adalah anak beruang madu. Aku termasuk hewan langka saat ini. Oh iya, aku menjadi maskot Bengkulu lho.

Kesukaanku adalah makan madu. Untuk makanku itu aku rela mencari berjam-jam di dalam hutan. Kalau aku tak menemukan madu, aku makan apa saja yang kutemukan di dalam hutan. 

Buah-buahan juga kunikmati. Cempedak, durian kumakan. Namun aku hanya menelan saja buah-buah itu. Jadi kalau aku mengeluarkan kotoran, pasti masih utuh biji-bijinya. Seperti luwak yang menelan buah kopi itu. Heheh...

Sepertinya itu menjijikkan ya. Tetapi kalau luwak biji-biji yang dikeluarkan nantinya akan diolah manusia menjadi kopi luwak yang sangat terkenal kenikmatannya. 

Nah kalau aku, biji-biji buah yang aku keluarkan dalam kotoran nantinya bisa tumbuh lho. Jadi tumbuhan di hutan akan terus ada. Pohon cempedak, durian akan tumbuh dengan baik. Akhirnya hutan tetap lestari. Bisa dinikmati siapa saja nantinya.

**

Saat ini aku sedang berjalan mencari makan juga. Tak kenal lelah aku mencari makan. Tentu aku bersama teman akrabku, Lema. Dia adalah lebah madu.

Aku menjaga lema dan keluarganya. Tak pernah menyakiti mereka. Apalagi mereka sangat baik kepadaku. Madu yang berada di sarang mereka sering dibagikan untukku.

Karenanya jika aku tak mendapatkan madu, aku juga sering berbagi buah agar dinikmatinya. Kasihan kalau Lema dan keluarganya lapar.

Aku menjadi sahabat Lema sejak aku lahir. Maklum begitu aku lahir, ibuku menjadi korban pemburuan hewan langka. Manusia itu sungguh jahat. Padahal kami tak pernah mengganggunya.

Tak hanya memburu ibu, manusia ada juga yang membabati tempat tinggal kami. Hutan yang tadinya teduh dan sejuk, kini menjadi lebih gersang. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline