Macan Tutul tampak resah. Dia terlihat berpikir keras. Sesekali dia berdiri, lalu duduk di batu besar yang berada di taman hutan tempatnya tinggal.
Semut yang melintasi batu tempat Macan Tutul duduk menjadi heran. Biasanya Macan Tutul tampak tenang dan sesekali usil padanya. Apalagi kalau bukan karena tubuhnya yang sangat kecil sehingga Macan Tutul mengolok-olok Semut.
Sampai akhirnya karena kesal, Semut masuk ke telinga Macan Tutul saat tidur, untuk memberikan pelajaran. Semut mau menunjukkan bahwa dirinya yang sangat kecil pun bisa mengalahkan Macan Tutul yang tubuhnya besar dan tinggi.
Akibatnya Macan Tutul yang saat itu sedang tertidur pulas, tiba-tiba terbangun dan menjerit-jerit. Dia berteriak karena telinganya sakit. Sementara Semut yang masih di dalam telinga Macan Tutul tertawa terbahak-bahak.
"Hentikan gigitanmu, Semut!" pinta Macan Tutul saat tahu bahwa Semutlah yang membuat telinganya sakit.
Dari dalam telinga, Semut berbicara pada Macan Tutul.
"Baiklah, aku akan keluar. Tapi kamu harus janji padaku hai, Tutul sombong!"
"Iya, aku janji. Sebutkan saja apa yang kamu inginkan..."
Semut tidak segera memberikan jawabannya hingga membuat Macan Tutul penasaran.
"Cepat katakan, Semut! Jangan siksa aku begini..."
"Baiklah. Kamu tak boleh mengejekku dan teman-teman yang kecil. Dan kamu harus minta maaf pada semua binatang yang kamu sakiti..."