Lihat ke Halaman Asli

Zahrotul Mujahidah

TERVERIFIKASI

Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Yang Mulai Ditinggalkan dalam Upacara Pernikahan

Diperbarui: 8 Desember 2019   00:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi rangkaian adat pernikahan Jawa yang mulai ditinggalkan. Gambar: 165weddingexpo.com

Setelah bulan Muharam atau sasi Sura berlalu, undangan pernikahan berdatangan silih berganti. Suka cita bersatunya dua hati yang berbeda namun saling mengasihi, pantas untuk turut dirasakan orang lain, terutama saudara dan sahabat keluarga dua mempelai.

Tak jarang untuk merayakan kebahagiaan, di kalangan masyarakat dilaksanakan ewuh baik ewuh gedhen atau sekadar syukuran. Ewuh gedhen ditandai dengan pelaksanaan hajatan beberapa hari. Biasanya tiga hari. Uleman atau undangan yang dibuat dan dikirimkan pun mencapai ribuan. Terkadang sebagai undangan juga bisa disampaikan dengan tradisi tonjokan.

Tradisi tonjokan memang bisa dikatakan sebagai undangan. Namun tonjokan ini hanya diberikan kepada famili yang benar- benar dekat. Menu tonjokan sendiri disesuaikan dengan si empunya hajatan. Bisa berupa roti bolu, ayam goreng sampai nasi beserta lauk pauknya yang khas.

Pergeseran tradisi pernikahan

Menghadapi perkembangan zaman, tradisi pernikahan mulai mengalami pergeseran. Mulai dari pakaian, upacara pernikahan dan sebagainya. 

Busana pengantin bisa dikatakan selalu berubah. Sudah ada modifikasi antara model tradisional dan modern. Tak seperti dulu yang nyaris harus mengenakan jarik tertentu. Saat ini sudah bergeser, manten tak harus njarit rapi. Sudah digantikan gaun pengantin yang lebih modern.

Apabila menuruti pakem tradisi pernikahan adat, maka terkesan ribet. Meski demikian, ada makna pada setiap rangkaian pesta tradisional pernikahan. Makna dari semua rangkaian pernikahan adat dipandu oleh dalang manten. 

Saat ini dalang manten tak selalu ada. Pada acara syukuran pernikahan peran dalang manten digantikan oleh seorang yang bertugas sebagai MC. Itu saja acaranya sangat simpel. Tak ada balang- balangan suruh atau gantal, ngidak endhog, dulang- dulangan dan sebagainya.

Sebenarnya perkara hajatan dengan atau tanpa rangkaian tradisi atau adat adalah sebuah pilihan. Tergantung pada si empunya hajatan. Termasuk dana atau budget juga. Upacara pernikahan dengan adat yang lengkap memang membutuhkan dana yang tinggi dibandingkan acara syukuran pernikahan.

Ubo rampe upacara pernikahan dengan adat dan syukuran jelas berbeda. Pada pernikahan dengan adat ubo rampenya lumayan banyak sehingga akan berhubungan dengan dana tadi.

Tak ada yang salah bila pelaksanaan pernikahan tanpa njlimetnya rangkaian pernikahan sesuai adat. Namun sekiranya tetap memperhatikan nilai tradisi sebagai orang Indonesia. Orang Indonesia dikenal dengan keramahan, saling menghargai.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline