Lihat ke Halaman Asli

Zahrotul Mujahidah

TERVERIFIKASI

Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Pulang Sekolah Anak Mengadu? Sebentar...

Diperbarui: 29 Oktober 2019   23:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar: id.theasianparent.com

Orangtua pasti menginginkan anak- anaknya bisa diterima oleh teman, masyarakat atau lingkungannya tanpa ada ejekan atau bully-an. Ejekan atau bully-an akan membuat anak stress dan berdampak buruk pada kejiwaan anak selanjutnya.

Ketika sudah masuk ke sebuah lingkungan sudah pasti anak harus siap bersosial. Berkomunikasi dua arah dengan baik. Komunikasi yang dibangun tersebut akan membuatnya lebih senang dan bersemangat dalam melakukan sesuatu.

Namun anak juga manusia, selalu ingin tampil beda dan mendapat perhatian lebih. Baik dalam keluarga, sekolah dan masyarakat. Anak akan bangga bila secara keseluruhan bisa memperhatikannya. Akan tetapi anak terkadang tak menyadari bahwa tingkah laku, cara bicara, penampilan mereka selalu disoroti orang lain. Akibatnya anak ada yang dicap nakal, pintar, sholih atau berandalan.

Berkaitan dengan perilaku anak tersebut, ada baiknya orangtua lebih jeli untuk mendidik anak- anaknya. Orangtua memang berperan lebih besar dalam pembentukan karakter anak. Nah sebagai orangtua maka sudah seharusnya memperhatikan ucapan, cerita, aduan apapun dari anak. Namun orangtua perlu berhati- hati juga. Terkadang tak semua ucapan anak itu dikatakan sesuai kenyataan. Mengapa saya mengatakan itu?

Belum pas menggunakan kata yang tepat

Saya menjadi teman belajar di sebuah sekolah meski belum terlalu lama. Saya mendapatkan pengalaman bahwa anak terkadang belum bisa mengomunikasikan dengan baik, hal apa yang dialaminya. Anak bisa saja salah menempatkan atau mempergunakan kata.

Begini, sekolah kami pernah didatangi oleh seorang bapak siswa bernama A. Beliau menyatakan protes ke pihak sekolah karena anaknya bercerita kalau "dikruyuk" ---dikeroyok--- teman- temannya padahal anaknya tidak bersalah. 

Kami tahu bahwa para siswa tidak pernah mengeroyok anak itu. Ternyata maksud si anak, dia bilang kalau "dikruyuk", kalau dialihbahasakan ke bahasa Indonesia, artinya dikerumuni bukan dikeroyok. Itu satu contoh bahwa anak belum pas menggunakan kata yang tepat untuk peristiwa yang dialaminya.

Ada juga seorang bapak- bapak, paman seorang siswa, tiba- tiba marah kepada para guru karena keponakannya dipukul temannya. Beliau mengancam bahwa akan dilaporkan ke pihak dinas. Padahal si anak memang tingkah polahnya tak karuan. Saking hiperaktifnya dalam bermain, si anak membentur dinding. 

Yang lebih parah ketika terjadi perseteruan anak yang akhirnya mengakibatkan orangtua saling bermusuhan. Hal ini sering terjadi. Orangtua melabrak sesama orangtua karena ulah anak.

Cek Ricek dan Tata Hati

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline