Lihat ke Halaman Asli

Zahrotul Mujahidah

TERVERIFIKASI

Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Derita Kami

Diperbarui: 29 September 2019   05:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: beritagar.com

Apa yang kami nanti dan rindukan adalah hujan. Bukan sekadar hujan yang disukai para perindu karena membuat mereka terkenang pada masa lalu. Entah bersama mantan atau kenangan bersama mantan terindah yang saat ini sudah menjadi istri atau suami.

Rindu kami pada hujan karena kepungan asap pekat yang sudah terjadi beberapa minggu ini. Sungguh kami tersiksa dengan pekatnya asap yang menyesakkan dada. Seakan dada mau meledak, mata perih. Nyaris tak ada oksigen yang bisa kami hirup.

Para pelajar yang seharusnya menuntut ilmu harus diliburkan akibat asap yang tak kunjung hilang. Jika dalam kondisi normal mungkin para pelajar akan bahagia jika sekolah diliburkan. Lepas dari rasa lelah karena sekolah full sampai sore hari.

Libur di antara musibah ---kami tak menyebutnya azab--- karena kami tak merasa merusak alam, tak membahagiakan para pelajar. Jika diminta memilih pasti kami ingin udara segar yang menyehatkan serta belajar demi kemajuan bangsa dan negara.

Hujan. Di sini biasanya terjadi setiap minggu. Namun karena kebakaran hutan dan lahan, hujan tak kunjung menghampiri daerah kami. 

Yang lebih menyesakkan, di antara derita kami, ada yang mengatakan bahwa kamilah yang membakar hutan atau lahan di daerah kami. Fitnah terasa menyakitkan. Sementara ada petinggi yang mengatakan bahwa kebakaran di daerah kami tak separah yang ada dalam berita.

Akibatnya kami dinilai menyebarkan kabar bohong atau hoax. Kami dinilai lebay. Padahal, demi Allah, kami mengatakan hal yang sebenarnya kami rasakan setiap hari.

Mungkin ada yang tak mempercayai kami atau berita tentang karhutla. Jika tak percaya, sudahlah, lebih baik diam. Jangan sakiti kami dengan fitnahan. Jika tak tahu tentang daerah kami, datang dan tinggallah beberapa saat di gubuk kami.

Jangan katakan bahwa ucapan petinggi lebih bisa dipercaya. Kami setiap bangun tidur selalu berharap di luar rumah turun kabut segar yang menyejukkan. Namun itu mimpi bagi kami. Kami kecewa.

Di tanah seberang yang mempercayai kami banyak, namun yang tak mempercayai kami lebih banyak. Ya.. Kami paham jika mereka kurang piknik, kurang membaca berita. Kalaupun membaca berita, mungkin masih dikaitkan dengan pilpres yang sudah tidak kami pikirkan lagi.

Kami hanya ingin orang- orang peduli dengan kami. Jika tak mampu membantu secara langsung, kami minta didoakan. Kami minta perhatian, simpati dan empati saja. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline