Hari keempat di Eden 1 ini aku lebih bersemangat. Apa gerangan yang menjadi penyebabnya?
Hari keempat ini waktuku menularkan sedikit ilmu kepada guru- guru bangsa yang berjuang untuk mendapatkan sertifikat keprofesian, di kelas Sherly, kekasihku. Ya meski aku tetap harus merahasiakan perihal hubunganku dengan Sherly. Demi menghindari pikiran negatif teman- teman Sherly juga.
Masuk kelas Sherly seolah masuk di tempat yang istimewa. Dan jujur menjadi hari yang benar- benar kunantikan. Namanya juga rindu sama kekasih, kemudian bertemu, sudah pasti bahagia.
Seperti biasa, sebelum mengisi sesi materi diklat, aku dan pak Widi berkenalan dulu. Pak Widilah yang hampir membuka rahasia hubunganku dengan Sherly.
"Di antara peserta ini ada wajah yang tak asing ya, mas Gesang. Sepertinya mahasiswa saya dulu. Mas Gesang mungkin lebih ingat..." ujar pak Widi.
Aku gelagapan sendiri ketika pak Widi mengungkapkan hal itu.
"Oh iya ya, pak. Yang mana sih, pak. Siapa tahu saya ingat..."
Para peserta diklat saling bertanya. Sherly juga agak ragu untuk mengaku sebagai mahasiswa pak Widi. Tapi Sherly adalah perempuan yang ngajeni atau menghormati semua guru dan dosennya. Akhirnya Sherly mengangkat tangannya.
"Benar kan mbak guru? Mbak mahasiswi saya kan?"
Anggukan pelan Sherly diikuti tatapan peserta diklat ke arah Sherly.
"Alhamdulillah. Berarti ingatan saya masih kuat. Bagaimana kabarnya, mbak?"