Di suatu sore, sekitar rumah diliputi asap yang lumayan menyesakkan dada.
"Ibu, ini asapnya dari mana?"
Anak pertama saya bertanya.
"Dari sampah yang dibakar, ndhuk..."
"Pas di sekolah bu guru menjelaskan kalau kita nggak boleh bakar sampah, kenapa ibu membakar sampah?"
Saya tersenyum. Ternyata dia sangat memperhatikan penjelasan gurunya. Penanaman karakter ---oleh gurunya--- saya nilai berhasil.
"Ndhuk, yang bakar sampah bukan ibu. Kamu tahu kan kalau ibu baru saja pulang, habis jemput adik..."
**
Dari percakapan saya dan anak pertama saya sungguh mengandung banyak pesan bagi para orangtua, guru dan siapapun, termasuk pemangku kebijakan tentang kualias udara.
Kita sebagai orang dewasa terkadang sibuk memberikan nasehat ini itu kepada buah hati atau siswa. Kita lupa bahwa teladan itu lebih penting dan utama dari ribuan nasehat.
Anak adalah sosok peniru yang ulung dari tingkah laku orang dewasa. Karenanya sebagai orang dewasa, kita perlu berhati- hati dalam melakukan segala aktivitas. Termasuk aktivitas menjaga kebersihan atau kualitas udara di sekitar kita.