Lihat ke Halaman Asli

Zahrotul Mujahidah

TERVERIFIKASI

Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Hari Anak Nasional 2019, Bagaimana Melatih Rasa Tanggung Jawab Anak?

Diperbarui: 20 Juli 2019   23:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: kemenpppa.go.id

Hari Selasa, 23 Juli 2019, diperingati sebagai Hari Anak Nasional (HAN). Peringatan HAN tak lepas dari kebijakan pemerintah, yaitu  Keputusan Presiden No. 44 tahun 1984.

Peringatan HAN 2019 secara nasional akan diselenggarakan di Sulawesi Selatan dengan tema Peran Keluarga dalam Perlindungan Anak tagline Kita Anak Indonesia, Kita Gembira!

Dunia anak memang identik dengan kebahagiaan. Dan untuk menciptkan kebahagiaan anak tersebut terkadang terjadi perbedaan pandangan antara orangtua dan anak itu sendiri. Orangtua ---seperti saya--- memang harus mengutamakan kebahagiaan anak. Tak harus ketika ada peringatan HAN. HAN sebagai momen sebagai pengingat bahwa anak harus diperlakukan sesuai kaidah agama, hukum, sosial dan adat istiadat. 

Kebahagiaan anak tetap dihadapkan pada keteraturan. Bukan kebahagiaan tanpa tahu aturan. Pada peringatan HAN orangtua diingatkan kembali untuk selalu melindungi anak.

Saya kutip dari web Kominfo, bahwa dengan peringatan HAN setiap tahun, diharapkan semua pihak, terutama para keluarga, dapat mendukung dan berperan aktif dalam memenuhi hak anak dan memberikan perlindungan khusus bagi semua anak Indonesia.

Sehubungan dengan tugas orangtua yang harus berperan aktif dalam melindungi anak agar anak bahagia maka sebagai langkah awal orangtua harus melatih tanggungjawab pada diri anak. Melatih tanggungjawab merupakan salah satu langkah melindungi anak di masa depannya.

Memahami karakter anak mutlak dilakukan oleh orangtua. Misalnya dalam hal kerapian kamar. Pada dasarnya anak dibagi menjadi tiga tipe yaitu anak yang suka kerapian, yang senang berantakan dan mereka yang sesekali mau membereskan kamar.

Ketika anak ternyata masuk pada tipe senang berantakan maka orangtua perlu menyesuaikan tuntutannya dengan kebutuhan si anak. Jika terpaksa memenuhi kebutuhan si anak yang berantakan, maka orangtua perlu menyiapkan ruangan khusus zona bebas kerapian.

Tanamkan sejak dini

Pembiasaan disiplin bisa diterapkan sejak dini. Tentunya ibulah yang berperan dominan dalam hal ini. Ibu harus bisa memotivasi dan membantu anak dalam mengerjakan sesuatu. Jika tugas telah diselesaikan maka tak ada salahnya jika dipuji. 

Sikap seperti itu merupakan sikap menghargai usaha anak. Akibatnya anak akan menyadari bahwa setelah menyelesaikan sebuah tugas adalah sebuah kebanggaan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline