Lihat ke Halaman Asli

Zahrotul Mujahidah

TERVERIFIKASI

Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Cerpen | Purwanti

Diperbarui: 17 Juli 2019   01:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Radarbogor.com

Sebut saja aku Purwanti. Aku terlahir empat belas tahun yang lalu. Terlahir tak sesempurna teman sebayaku. Fisikku ketika balita sangatlah menggemaskan. Semua orang menyukaiku.

Memasuki masa- masa sekolah berubahlah fisikku. Kalau orang bilang saat ini, anak seperti aku dibilang Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Pasti orangtuaku tak terima melihatku tak seperti kawanku yang lain.

Ibuku sering marah padaku. Mungkin ibu malu telah melahirkanku. Wajah khas ABK dan aku sering tak fokus dalam pelajaran. Meski begitu, budheku yang sayang padaku. Budhe sering membelaku di saat suara ibu meledak- ledak.

Di sekolah aku tak memiliki teman dekat. Meski kurasa teman- teman tak mengolok- olok diriku. Itu lebih membuatku senang. Paling tidak, aku dianggap sebagai teman. Aku diterima di sekolah umum. Orangtuaku sedikit terhibur.

Ya mungkin ibu malu dengan keadaanku. Tapi aku sendiri juga tak bisa menolak takdir Allah. Aku tak memprotes keadaanku. Berdosa kalau aku tak mensyukuri keadaanku.

Meski aku termasuk ABK tapi lancar membaca. Ya sekadar bisa membaca. Memahami isinya pun sulit. Namun begitu ketika aku duduk di kelas IV dan V aku diajar oleh bu guru yang telaten.

Guruku sangat sabar membimbingku. Aku diberi pelajaran sesuai kemampuanku. Sementara duapuluh teman lainnya belajar materi kelas IV dan V. 

Aku tahu bu guruku pasti lelah. Apalagi teman-teman terkadang usil dan tak mau memperhatikan penjelasan bu guru, tugas tak selesai, pelatihan guru dan kegiatan lain yang tak aku pahami.

Pelajaran yang kudapatkan secara individu atau bu Guru bilang pembelajaran asesmen, aku tak perlu berpusing- pusing mengejar materi yang berat.

Duduk di kelas VI pun aku masih diberi pelajaran secara asesmen. Oleh guru yang berbeda. Karena pelajaranku tak seperti teman lainnya, maka ketika Ujian tiba pasti soalnya juga berbeda.

Pernah ada siswa pindahan ---yang belum paham pelajaran yang kudapatkan--- protes pada guru kelas VI. Dia merasa iri denganku. Katanya pelajaranku mudah, nilaiku bagus karenanya. Alhamdulillah bu guru bisa menjelaskan ke temanku. Temanku bisa memahami keadaanku.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline