Siapa manusia di dunia ini yang mau diminta memilih untuk menderita sakit. Tak ada. Begitupun Fika, sahabatku.
Tubuh kurus, kecil, tak segar terlihat secara sekilas. Namun keceriaan seolah mengaburkan deritanya.
Dia sudah menikah bertahun-tahun. Namun kemungkinan besar dia takkan memiliki momongan. Tubuh ringkihnya terkadang kambuh. Ketika hipokalemia kambuh, kakinya tak bisa menopang tubuhnya dengan sempurna. Untuk bangun dari tidur pun harus dibantu suaminya.
"Aku setiap hari harus mengkonsumsi obat, mbak... " cerita Fika ketika pertama kali ku harus sekamar di hotel dalam kegiatan kedinasan.
Kulihat dia mengeluarkan obatnya.
"Kalau aku tak rutin mengkonsumsi obat, bisa gawat, mbak..."
Lebih jauh dia menceritakan bahwa dirinya memiliki kelainan genetik. Dia menderita hipokalemia. Jujur nama penyakit itu untuk kedua kalinya kudengar. Pertama dari teman saudaraku, Insan, dan yang kedua dari Fika.
Oh iya. Hipokalemia itu penyakit karena kekurangan kalium. Kalau kambuh pasti tubuh terasa lumpuh.
"Kalau aku kambuh ya jadi lumpuh. Nggak bisa ngapa-ngapain, Ra..." cerita Insan, ketika bertemu di kegiatan keagamaan di ibukota kabupaten.
"Jadi aku harus rutin minum obat..."
Dan benar. Kulihat dari story WA Insan tak berapa lama berselang, dia sudah mengantri di RSUD. Lalu bagaimana dengan Fika. Aku sendiri tak begitu tahu, apakah dia juga rutin kontrol ke Rumah Sakit atau tidak.