Lihat ke Halaman Asli

Zahrotul Mujahidah

TERVERIFIKASI

Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Cerita di Balik Penyusunan Buku Puisi Berbalas Anis and Friends

Diperbarui: 3 Juli 2019   22:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kolase foto penulis puisi berbalas Anis and Friends. Dokpri

Menulis adalah salah satu hobi yang saya geluti belum lama ini. Berawal dari pembuatan blog pribadi dan akun Cerita Ringan di sebuah platform, saya belajar banyak agar bisa menulis lebih baik, meski jika diprosentase lebih banyak yang belum baik. Semula hanya untuk melepaskan kepenatan dan biar tidak stress dengan rutinitas sebagai ibu rumahtangga dan pendidik. 

Di Kompasiana ini pun saya masih belajar dari para senior. Membaca karya-karya mereka membuat saya merasa belum ada apa-apanya. Tulisan saya terkesan asal dan kurang berkualitas. Kategori puisi, cerpen dan edukasi yang sering saya tuliskan. 

Edukasi lebih dekat dengan keseharian saya. Hanya menuliskan kegalauan, fenomena yang saya tangkap dari dunia sekolah. Dan itu berangkat dari pengalaman pribadi.

Cerpen saya buat biar pikiran fresh saja. Tak ada yang istimewa dari cerpen saya. Kalau ada yang bilang harus ada pembiasaan untuk menulis cerpen namun hasilnya ya masih seadanya. 

Terakhir, puisi. Saya termasuk orang yang nekat bikin puisi. Hanya yang ada di pikiran, itulah yang saya tuliskan. Meski ada beberapa puisi yang diapresiasi admin Kompasiana, saya hanya bilang, itu kebetulan saja.

Bisa saya katakan saya benar-benar keblasuk atau tersesat di kategori puisi ini. Pelajaran Bahasa Indonesia dan bikin puisi masih banyak teman yang lebih bagus ketika sekolah dulu. 

Singkat cerita, saya diajak oleh senior  sekaligus saya anggap sebagai teman dan kakak, mbak Anis, untuk ikutan proyek penulisan buku puisi berbalas. Bersama mbak EcyEcy yang cantik, kami membantu mbak Anis untuk mengumpulkan materi atau link puisi yang telah terpublikasi di Kompasiana. 

Dengan keterbatasan kami, alhamdulillah selesai juga proses editingnya. Dalam proses edit, cukup kesulitan juga. Pak Ping yang memberi masukan kepada kami agar materi tulisan lebih jelas dan rapi karena puisi utama dan balasan semula belum jelas. Juga agar ada keseragaman dalam menuliskan titi mangsa dan beberapa istilah yang harus diItalic. Untuk mengendorkan stress saya, pak Ping dengan santai ngendika, "Wis biarkan saja. Siapa tahu nanti pas proses cetak bisa miring sendiri tulisannya". Memang bisa sedikit mengurangi rasa tertekan. Bagaimanapun sebagai orang yang bantu editing, memiliki beban berat juga. 

Apalagi ketika ketika edit selesai terus dikirimi hasil kurasi yang ternyata dari file lama. Jadi panik juga. Alhamdulillah mendapat solusi. Dengan wanti-wanti ke Mbak Anis biar kuratornya yang nyoret-nyoret, tak sekadar seperti yang dishare, agar puisi berikutnya disesuaikan seperti pada contoh. 

Dalam kesempatan ini saya pribadi memohon maaf kepada semua Kompasianer yang terlibat dalam proyek ini. Saya mungkin sering ngrepoti teman-teman. Nguyak-uyak untuk melengkapi ini-itu, mungkin terkesan tak sopan, mohon dimaafkan. Apalagi pengumpulan biodata dan foto. 

Kalau yang sudah biasa berkomunikasi ya saya japri. Meski kadang ada rasa tak enak hati atau pekewuh. Mungkin sampai ada yang lupa karena kesibukan atau sebal. Heheh. Kalau tak mengirim foto, saya iseng mencari foto di akun FB. Maaf mas Zaldy ya. Juga  mas Rifan. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline