Literasi agama menurut Diane L. More diartikan sebagai kemampuan untuk melihat dan menganalisis titik temu antara agama dan kehidupan sosial, politik, dan budaya dari beragam sudut pandang. Diane menuliskannya dalam artikel dengan judul Overcoming Religious Illiteracy: A Cultural Studies Approach dalam situs World Connected History.
Pemeluk agama yang paham dan menjiwai ajaran agamanya maka akan memiliki pemahaman dasar mengenai sejarah, teks-teks sentral, kepercayaan, serta praktik tradisi keagamaan yang lahir dalam konteks sosial, historis, dan budaya tertentu.
Literasi religi atau agama sangat penting dilaksanakan mengingat kompleksnya keragaman yang ada di Indonesia. Menurut Adam Dinham ---profesor di bidang Faith and Public Policy dari Goldsmiths, University of London--- menyampaikan bahwa dalam mengajarkan literasi agama, pengetahuan dasar mencakup tradisi dan keyakinan agama-agama yang ada adalah suatu kebutuhan. Lebih lanjut dipaparkan bahwa penting bagi seseorang untuk mencari tahu seputar keyakinan berbeda di sekitarnya.
Mencari tahu tentang keyakinan yang berbeda bukan berarti mencampuri atau mungkin malah mencampuradukkan ajaran agama satu sama lain karena ajaran agama sangat prinsip dan tak akan ketemu nalarnya, meski pada dasarnya semua ajaran agama menganjurkan kehidupan yang damai.
Literasi agama, bisa dikenalkan sejak dini. Tentu berawal dari ajaran agamanya. Menurut Kurikulum 2013 siswa harus dipersiapkan untuk memiliki karakter yang kuat, religius, nasionalis, mandiri dan integritas. Jelas dari karakter yang harus tercipta dalam pembelajaran tersebut maka pendidikan di Indonesia tak hanya menyiapkan generasi yang cerdas dalam pengetahuannya. Bukan hanya itu.
Generasi bangsa Indonesia disiapkan karakternya agar kelak bisa menjadi pemimpin bangsa yang juga kuat. Sehingga negara akan lebih maju dalam berbagai bidang kehidupan.
Tak salah jika banyak perlombaan non akademik yang diselenggarakan agar dalam diri siswa tak hanya berpikir untuk pintar. Pintar tanpa dibarengi akhlak baik pasti akan sia-sia. Begitu pula sebaliknya, akhlak tanpa dibarengi kecerdasan maka dia akan mudah diperdaya dan dibodohi.
Kembali lagi ke kegiatan literasi agama, bisa dilaksanakan secara rutin di sekolah maupun rumah. Dalam literasi agama di sekolah diwujudkan dalam bentuk shalat fardhu berjamaah dan siswa non muslim menyesuaikan. Selain itu dapat juga dilaksanakan dalam perlombaan keagamaan seperti lomba MTQ Pelajar Umum dari tingkat SD/MI sampai SMA/SMK.
Tepat di peringatan hari lahir Pancasila di lingkungan Korwilcam Karangmojo menyelenggarakan lomba Musabaqah Tilawatil Quran Pelajar Sekolah Umum 2019. Kegiatan ini diselenggarakan di SMP 1 Karangmojo, tempat saya sekolah duapuluh dua tahun yang lalu.
Kegiatan ini merupakan salah satu perwujudan dari penghargaan terhadap gerakan literasi budaya dan religi, yang digalakkan dalam Kurikulum 2013. Meski demikian setiap tahun sudah diselenggarakan kegiatan yang sama.
Tentunya kita berharap dengan perlombaan literasi agama ini semakin membuat generasi bangsa menjadi lebih sholih, dan menjaga kerukunan umat beragama agar Indonesia semakin tangguh dan maju.