Lihat ke Halaman Asli

Zahrotul Mujahidah

TERVERIFIKASI

Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Cerpen | Sebal

Diperbarui: 9 November 2019   23:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Selepas kegiatan baksos, tim KKN-PPL kami istirahat di sekretariat. Ngobrol ngalor ngidul. Bercanda bareng-bareng. Tentu aktivitas itu disambi dengan pegang HP. Kecanduan HP benar-benar membuat yang jauh menjadi dekat dan yang dekat menjadi jauh. 

Di tengah-tengah ngerumpi sama temen cewek, aku melihat-lihat foto yang masuk dari WAG. Sambil menyortir dan menghapus data atau gambar yang tak penting. Foto temen perempuannya pun dikirim ke WAG KKN. 

Melihat gaya temannya pas foto bareng pak widi pun tak luput dari penglihatanku. Aku senyum-senyum sendiri. Ya memang dosennya itu masih muda, single, smart-lah. Kalau urusan usia sih aku tak begitu paham. Tapi aku menaksir usianya sekitar enam sampai tujuh tahun di atasku. 

Saking asyiknya melihat foto, menyortir dan menghapusi data di perangkat HP, aku tak sadar kalau tepat di belakangku ada Tio. Tiba-tiba dia berdehem dan langsung merebut HPku. Aku memintanya tapi dia berkelit. Curangnya dia mengangkat lurus tangannya. Jelas aku tak bisa meraihnya. Dia tinggi besar, aku kecil mungil. Kalau aku dan dia berjejer mungkin tinggi badanku tak sampai bahunya. 

"Tio, sini. Kasih HPku...". Dia menjauhiku sambil memegang dan mengutak atik HPku. 

"Alah... pinjem sebentar kenapa.."

Aku mau berteriak saking kesalnya. Dia langsung membungkam mulutku. 

"Tak perlu teriak-teriak gitu. Kayak di hutan saja. Cewek manapun meski cantik tetep nggak kelihatan cantik kalau kayak tarzan. Apa kamu nggak sayang kalau kecantikanmu hilang?", bisiknya sambil menatapku. 

Aku berontak, tapi tangannya semakin kuat membungkam mulutku. Pandangan kami beradu. Pelan-pelan dia melepaskan tangannya. 

"Jangan bikin ilfil lagi, Ra. Oke!", bisiknya lagi. 

"Apaan sih. Sini, Yo. Kasih HPku...", aku masih terus mencoba merebut HPku. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline