Lihat ke Halaman Asli

Zahrotul Mujahidah

TERVERIFIKASI

Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Yang Terlupakan, Pengorbanan Panitia Pemilu di Lapangan

Diperbarui: 18 April 2019   11:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Panitia Tempat Pemungutan Suara (TPS) 073 yang berlokasi di Lebak Bulus, Jakarta Selatan, berdandan ala Valak hingga Vampir untuk menarik pemilih.(ST PHOTO/ARIFFIN JAMAR)

Setelah pencoblosan yang dilakukan secara serentak kemarin, sekarang menyisakan rasa penasaran masyarakat akan hasil perolehan suara. Terutama hasil penghitungan kertas suara Presiden dan Wakil Presiden. 

Baiklah, meski merasa penasaran dan galau kita mungkin harus sedikit bersabar dan berlapang dada ketika melihat hasil quick count perolehan suara 01 dan 02. Sabar dan berdoa, semoga pemimpin Indonesia adalah sosok yang amanah, ngayomi seluruh rakyat, dan benar-benar menjiwai makna Pancasila. 

Kesibukan KPPS sampai malam hari. Foto : Ika

Di balik pesta demokrasi itu, kita mungkin sedikit melupakan peran dan perjuangan para pejuang demokrasi yang membantu KPU dalam kelancaran hajat pesta demokrasi. Mulai dari Panitia Pemungutan Suara (PPS), Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK), Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) perjuangannya sangat luar biasa. 

Mulai dari pendataan DPT yang dari waktu ke waktu harus di-update jumlahnya akibat kematian, pindah TPS, dan sebagainya. Bahkan seorang teman saya yang juga menjadi PPK sampai pusing karena harus update data. Sampai saya bertanya, "Ini sebenarnya sudah mau Pemilu atau belum tho, Bu? Kok dari tahun kemarin masih saja kurang siap dari DPT, kertas suara dan sebagainya..."

Teman saya memberikan keterangan yang kurang lebih seperti yang saya tuliskan di awal. Kematian, beda KTP, harus di-update terus. Seorang teman lain yang pada Pemilu sebelumnya juga menjadi PPS merasakan bahwa pemilu kali ini cukup ribet. Sampai junior saya di kantor merasa kapok karena mendaftar menjadi PPS. 

Menjadi PPS, PPK maupun KPPS bahkan sampai KPU pusat sungguh harus mengorbankan banyak hal. 

Waktu bercengkerama bersama keluarga menjadi tersita
Akibat pekerjaan yang tak kunjung final. Saudara saya yang kebetulan suaminya juga menjadi PPK sampai bicara, "kono omah-omah neng kelurahan wae mas...". Untung saja selama menjalankan tugas sebagai PPK anak istri sehat. 

Saudara saya yang menjadi anggota KPPS saja sampai harus menitipkan buah hatinya yang berusia 4 tahun ke budhenya. Sampai H+1 pun mereka belum bertemu. Untungnya si anak tidak rewel. Melihat keadaan ponakan saya itu juga rasanya kasihan. 

Waktu istirahat berkurang sehingga kesehatan juga menurun
Apalagi mendekati hari H Pemilu. Begadang untuk penyaluran logistik, persiapan TPS, memantau jalannya pemilu di TPS. Benar-benar menguras tenaga dan pikiran. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline