Lihat ke Halaman Asli

Zahrotul Mujahidah

TERVERIFIKASI

Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Tak Golput Lagi

Diperbarui: 17 April 2019   18:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Suasana TPS 14. Dokpri

Setelah membaca beragam kabar pemilu di berbagai wilayah di mancanegara, saya juga mau mengetengahkan kabar pemilu di kampung. Jauh dari hiruk pikuk kebisingan kota, tak menyurutkan para warga dusun kami untuk menyukseskan pemilu 2019 ini. 

Berawal dari penyerahan undangan bagi warga yang terdaftar pada hari Minggu yang lalu, dilanjutkan dengan sosialisasi pemilu oleh panitia pemungutan suara pada hari yang sama. Hanya waktunya dipilih setelah shalat magrib. 

Kemudian hari ini barulah warga dusun kami memenuhi undangan pesta demokrasi lima tahunan. Saya sendiri berangkat ke TPS bersama saudara saya dan ibu. Saya ke TPS tak bersama suami karena harus menemani ibu ke TPS. Ibu sebenarnya sehat tapi untuk menuju ke TPS harus menggunakan kursi roda akibat stroke yang menyerang beliau kurang lebih 5 atau 6 tahun yang lalu. 

Secara bergantian saya dan saudara mendorong ibu yang duduk di kursi rodanya. Sungguh pemilu tahun ini ibu lebih bersemangat untuk mengikuti pencoblosan setelah menyimak berita yang disajikan di koran atau televisi. Tak seperti pemilu sebelumnya. Pada pemilu sebelumnya ibu tak mau datang ke TPS, malu dengan kondisi sakitnya.

Sesampai ke TPS saya yang menyerahkan undangan plus KTP kami bertiga ke petugas. Menunggu antrian, kami sempat bertanya ke petugas di TPS, boleh memilih bilik suara yang paling dekat dengan kotak suara atau tidak karena di bilik tersebut yang paling mudah untuk dilalui kursi roda. 

Ibu menerima kertas suara. Dokpri

Alhamdulillah panitia memahami dan mengizinkan. Bahkan ibu diprioritaskan untuk mencoblos ke bilik suara terlebih dahulu. Tentu saja karena keterbatasan ibu, ibu didampingi salah satu di antara saya atau saudara. 

Tadinya saudara yang mendampingi ibu, kalau tak keliru baru kertas suara pemilihan presiden dan wapres yang dicoblos. Tapi karena tak berapa lama setelah ibu di bilik suara ternyata saudara saya kemudian mendapatkan giliran ke bilik suara. Jadi dengan sepengetahuan panitia dan para saksi saya yang bergantian mendampingi ibu di bilik suara. 

Saya hanya sekadar membuka, melipat kertas dan memasukkan kertas suara pada kotak suara. Maklum pasca stroke tangan kiri ibu kurang sempurna untuk melakukan beragam aktivitas. Tapi meski saya mendampingi ibu bukan berarti saya mempengaruhi ibu untuk memilih siapapun. 

Foto bersama ibu dan saudara setelah pencoblosan. Dokpri

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline