Kulihat perempuan usia 27 tahun itu begitu cantik. Dengan kebaya putih, jarik sidomukti dan berjilbab putih tampak anggun.
Aku akan segera menikahinya hari ini. Takkan kubiarkan dia bersedih. Meski usianya 4 tahun lebih tua daripada aku, aku yakin kalau bisa membuatnya bahagia.
Dia adalah cinta pertama dan terakhirku. Untuk mendapatkannya pun butuh waktu yang lama. Dia adalah guruku semasa SMA. Ya perempuan ayu dan lembut itu dulu pernah mengajarku di bangku SMA. Waktu itu dia berumur 22 tahun. Jadi kuperkirakan dia kuliah S1 tak lebih dari 4 tahun.
Ketika pertama kali mengajar di SMA tempatku belajar, aku sudah kelas XII. Selama kurang lebih dua semester aku dididiknya. Aku begitu terpesona dengan guru cantik dan bertubuh mungil itu. Aku bersama teman-teman sering iseng mencari perhatiannya. Kadang kami kerjai, reaksinya membuat kami begitu kagum. Hanya tersenyum simpul, menutup mulutnya dengan tangan, tampak lesung pipinya. Hati jadi berdesir melihatnya. Ah mungkin waktu itu masih masa puberku. Aku jadi sering tertawa sendiri ketika mengingatnya.
Pesona guru cantik berlesung pipi membuat kami bersemangat belajar. Tak jarang dia menjadi tempat curhat kami atau tempat bertanya tentang materi pelajaran ketika di luar sekolah. Berkirim pesan lewat WA atau akun FB sering kami lakukan. Komunikasi kami seperti tak ada bedanya sebagai sahabat.
Namun layaknya guru lain, dia juga pernah marah. Waktu itu aku dan teman-teman terciduk sedang merokok di kantin sekolah. Meski sembunyi-sembunyi toh kelakuan kami diketahui bapak ibu guru. Kami dihukum oleh guru BK. Tak hanya itu, setelah diberi sanksi guru BK, semua guru mengungkit dan marah di kelas akibat perbuatan kami.
Parahnya, kami yang merokok pun mendapat hukuman dari guru berlesung pipi itu. Nomor kontak kami diblokir, sehingga kami tak bisa bertanya padanya. Di sekolah pun tak ada keramahan lagi. Dia begitu dingin.
Kami jadi kalang kabut. Sementara teman perempuan mengolok-olok kami. Akhirnya aku berinisiatif minta maaf langsung. Teman-teman aku ajak serta. Kami meminta maaf dan minta hukuman itu disudahi. Singkat cerita dia tersenyum dan memaafkan kami.
Lega dan bahagia kurasa. Tak tahu dengan teman lainnya. Namun yang pasti rasa kagumku kusimpan rapat-rapat dalam hati. Bu Arini memang telah membuatku tak bisa tidur nyenyak.
***
Sebenarnya Bu Arini akan menikah ketika berumur 25 tahun. Namun menjelang hari pernikahannya ternyata dia harus kehilangan calon suaminya. Calon suaminya kecelakaan tunggal dalam perjalanan pulang kerja.