Mengajar adalah sebuah tugas mulia dari seorang guru. Tentunya mengajar di sini juga disertai dengan didikan moral dan religius bagi para siswa. Ketika mengambil peran seperti itu maka guru terkadang menemukan berbagai hambatan.
Pertama, berkaitan dengan capaian materi pelajaran yang harus diselesaikan maka guru dituntut bisa menyelesaikan materi sesuai waktu yang tersedia pada tiap semester. Padahal dalam kenyataan menyelesaikan materi pelajaran tak semudah membalikkan telapak tangan. Tak lain dan tak bukan karena kemampuan kognitif siswa sangat beragam.
Keberagaman tersebut akhirnya membuat guru sering kelabakan, apalagi mendekati waktu PTS ataupun PAS. Siswa sulit memahami materi tetapi guru dikejar deadline materi pelajaran. Dalam kondisi seperti itu bisa terjadi uring-uringan. Namun karena mengajar adalah melayani siswa sesuai kemampuan dan karakter maka guru harus memanusiakan siswanya. Jangan sampai guru hanya memprioritaskan selesainya materi. Percuma saja. Tujuan pembelajaran adalah agar siswa bisa memenuhi KI dan KD. Jadi arah pembelajaran ya harus tercapainya KI dan KD.
Jika guru melakukan pembelajaran dengan cepat maka menghasilkan siswa yang bingung dan tak paham akan materi pelajaran. Dijelaskan secara pelan dan menggunakan berbagai metode pembelajaran saja para siswa sulit memahami materi, apalagi dengan cara cepat?
Kedua, ketika guru tak memprioritaskan capaian pelajaran apakah sudah sesuai ketentuan dalam kurikulum maka khawatirnya para siswa tak bakalan bisa mengerjakan soal dengan baik. Artinya capaian terhadap KD tentu tidak tuntas. Kalau sudah terjadi hal yang demikian maka guru bisa diprotes oleh orangtua siswa.
Pada prinsipnya guru yang baik bukanlah guru yang cepat menyelesaikan materi pelajaran. Percuma kalau materi selesai dengan cepat sementara siswa gagal paham terhadap materi pelajaran. Guru yang seperti itu tidak memperhatikan kemajemukan kemampuan siswa.
Dalam menyampaikan materi pelajaran memang guru dikejar-kejar oleh waktu. Materi dalam Program Tahunan, Program Semester, RPP harus tercapai semua. Namun guru yang baik harus mengutamakan pemahaman para siswa. Mengajar pelan tapi pasti. Guru perlu mengapresiasi setiap usaha siswa misalnya dengan memberikan pujian bagi murid yang tepat waktu, rajin mengerjakan tugas, atau bersikap baik selama di sekolah.
Harus diingat bahwa tugas guru tak sekadar transfer ilmu pengetahuan saja. Guru harus menjadi sosok yang bisa mentransfer nilai karakter baik spiritual, sosial serta keterampilan seperti yang harus dicantumkan dalam rapor Kurikulum 2013.
Ketiga, pembelajaran yang standar adalah pembelajaran yang dilakukan secara tepat waktu baik dalam hal penyelesaian materi pelajaran, siswa paham materi tanpa harus remedial dan hasil belajar pun oke. Untuk melaksanakan pembelajaran seperti ini sangatlah sulit. Guru harus kreatif dalam menyiapkan metode, pendekatan pembelajaran yang pas untuk semua siswa yang kondisi kognitifnya beragam. Meski sepertinya tidak mungkin, bukan berarti tak mungkin.
Perlu kerjasama banyak pihak untuk suksesnya pembelajaran di kelas. Paling tidak trilogi pendidikan harus bahu membahu menyukseskan dunia pendidikan. Bagaimanapun pendidikan bukan hanya menjadi tanggung jawab sekolah, namun juga orangtua dan masyarakat. Meski materi pelajaran sulit alangkah baiknya orangtua dan masyarakat tetap ikut andil memantau belajar putra-putrinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H