Lihat ke Halaman Asli

Zahrotul Mujahidah

TERVERIFIKASI

Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Menulis, Eksistensi Manusia

Diperbarui: 4 Maret 2019   01:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pict: bukuonlinestore.com

Lama tidak membuka akun IG, ada notifikasi kalau akun saya difollow beberapa akun,  salah satunya Bhair Samatan. Saya tertarik dengan quote dari Bhair Samatan bahwa menulis adalah tanda bahwa seseorang itu pernah berpikir. 

Sudah dipastikan seseorang yang menulis pasti berpikir,  entah pikirannya rasional atau mengetengahkan emosi belaka. Semua bisa kita ketahui dari tulisan yang telah dihasilkan. Dalam komunikasi langsung pikiran seseorang bisa diketahui dari hal yang dibicarakan. Sangat jelas. 

Karena menulis bisa menunjukkan bahwa kita pernah berpikir maka ada baiknya kita hati-hati dalam menulis. Jangan sampai tulisan kita menyinggung orang lain. Buatlah tulisan yang memiliki nilai manfaat bagi orang lain. Paling tidak tulisan kita menghibur,  memberikan kontribusi untuk dunia literasi, ada pesan keagamaan, moral, kepekaan sosial, nasionalis agar tulisan bisa bernilai ibadah. 

Hindari membuat tulisan emosional, sarat kebencian. Jangan tunjukkan jiwa sakit kita kepada orang lain.  Menulis secara rasional,  objektif memang sulit. Tetapi menulis yang baik adalah tulisan yang disajikan berdasar fakta yang ada. Penulis yang baik itu netral, dalam artian bisa menunjukkan sisi positif dan negatif dari sebuah peristiwa, tokoh. Tentu butuh data yang valid dan waktunya pun lama. 

Berkaitan dengan kegiatan menulis sebagai gaya hidup seseorang--pernah berpikir--maka kita bisa ingat juga ungkapan dari Descartes,  seorang filsuf dari Perancis. Descartes yang mengungkapkan saya berpikir maka saya ada atau dalam bahasa Perancis berbunyi Cogito ergo sum. Eksistensi manusia bisa dilihat dari pikirannya. Tentu eksistensi dalam hal ini yang bermakna positif. Karena keterbatasan manusia dalam mengingat pikiran maka sudah selayaknya pikiran itu kita tuliskan. Tujuannya agar pikiran kita bisa dibaca orang lain meski si penulis tinggal nama saja. 

Dari Ali bin Abi Thalib pun sudah diungkapkan bahwa untuk mengikat ilmu harus dengan tulisan. Ilmu bisa abadi,  bermanfaat bagi manusia berabad-abad kemudian. 

Tulisan adalah salah satu bentuk investasi manusia. Investasi yang tak hanya bernilai materi. Tidak. Membawa manfaat bagi sesama itu merupakan investasi peradaban yang luar biasa. Investasi itu bisa membawa kepada perubahan. Yang diharapkan adalah perubahan ke arah positif atau kemajuan, bukan sebaliknya. 

Mari wujudkan investasi, tunjukkan eksistensi, dan tunjukkan bahwa kita manusia berpikir dan berakal dengan menghasilkan tulisan yang penuh nilai luhur. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline