Lihat ke Halaman Asli

Zahrotul Mujahidah

TERVERIFIKASI

Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Candi-candi Saksi Kisah LDR di Masa Lalu

Diperbarui: 27 Januari 2019   07:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kisah Angling Dharma pada relief Candi Jago

Kita tidak asing lagi dengan istilah LDR bagi pasangan yang menjalani kisah kasih dan terpisah jarak serta waktu. Perasaan haru biru mewarnai hati. Tak jarang syak wasangka berkelebat di hati, setiakah kekasih atau pasangan hidupnya. Pasangan yang menjalani hubungan jarak jauh memang harus kuat hati, positive thinking, menjaga mata dan hati. 

Tatkala rindu mendera bisa saling telepon atau video call. Sekadar melepas kerinduan. Namun sebelum zaman modern seperti sekarang, untuk mengobati rasa rindu tidak bisa telepon atau video call. Hanya orang berada yang memiliki telepon di rumah. Telepon sangat wah untuk saat itu. Untuk melepas rasa rindu sering diabadikan lewat kegiatan surat menyurat. 

Zaman sekarang mungkin tak ada yang tahu sensasi saling berkirim surat lewat kantor pos. Seru dan bikin deg deg ser menanti pak pos yang setia mengantar surat dari yang terkasih. 

Berhubungan dengan hubungan jarak jauh, rindu dan cara melepas kerinduan ternyata bisa kita lihat romannya di relief-relief candi. 

a.  Relief Candi Panataran

Relief pada Candi Panataran. Pict: historia.id

Seorang gadis berambut panjang tergerai berbaring di dipan ditemani inang. Perempuan muda itu terlihat sedang sakit. Sakitnya bukan sembarang sakit. Perempuan itu rindu akibat terlalu lama berpisah dengan kekasihnya.

Dalam bahasa Jawa Baru, sakit karena rindu sebagai wujud dari psikosomatis lantaran cinta yang terhalang demikian dinamai loro wuyung atau loro bronto.

Kisah berlanjut memperlihatkan seorang lelaki mengenakan topi tekes, yang sering dikenali sebagai Panji. Laki-laki itu tengah duduk di bawah pohon memegang gulungan surat. Surat itu kemudian dibawa oleh burung kakaktua. Burung itu kemudian terbang jauh melewati perairan yang luas. Paruhnya menggigit surat milik Panji hingga akhirnya berhasil tiba di hadapan perempuan yang tengah sakit rindu itu.

Melihat si burung, perempuan itu gembira karena menerima surat dari sang kekasih yang berada jauh darinya dengan penuh suka cita.

Akhirnya mereka akhirnya dipertemukan lagi dan saling menumpahkan kerinduan. Dalam puncak asmara, keduanya saling bermesraan.

Kisah kedua yang terpahat di dinding candi induk Panataran adalah kisah Ramayana. Akan tetapi perantaranya berupa cincin bukan burung. Dalam relief Ramayana terlihat kera putih Hanoman diutus Rama untuk menemui kekasihnya, Dewi Sinta. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline