Lihat ke Halaman Asli

Zahrotul Mujahidah

TERVERIFIKASI

Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Ingin Tahu Suka Duka Guru Tetap Yayasan? Ini Kisahnya

Diperbarui: 7 Juli 2021   16:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ingin Tahu Suka Duka Guru Tetap Yayasan? Ini Kisahnya (unsplash/taylor wilcox)

Guru non PNS saat ini masih harap-harap cemas dengan nasibnya. Ketika seleksi CPNS 2018 kemarin banyak yang tak bisa berpartisipasi karena usia yang sudah melebihi 35 tahun. Saat ini ada wacana ASN dengan jalur PPPK pun mereka masih galau juga.Saya juga belum tahu apakah saya akan mengikuti seleksi PPPK ini. Juknis dan formasi PPPK belum keluar. 

Di tengah-tengah kegalauan menanti juknis dan formasi PPPK, saya mencoba untuk mengingat kembali perjalanan dan perjuangan saya sebagai tenaga pendidikan di Indonesia ini.

Saya adalah seorang guru swasta di sebuah kampung di kawasan Gunungkidul. Menjadi guru swasta sudah saya jalani sejak tahun 2005. Sampai saat ini pun, 13 tahun 6 bulan, saya masih menjadi guru swasta.

Baca juga : Menjelang Hari Guru Nasional: Guru Non- PNS Menerima Kabar Gembira

Tahun 2005 merupakan tahun di mana di berbagai daerah terdapat pendataan guru non PNS secara besar-besaran, bahkan mereka diangkat menjadi CPNS dari jalur pemberkasan.

Saya hanya bisa melihat dan tersenyum kecut di saat mereka mengikuti pemberkasan dan lolos jadi CPNS meski ijazah tidak linier bahkan masih berijazah SMA atau sederajat. Banyak ucapan bernada protes dari sesama teman non PNS yang tidak tersaring dalam data base Guru yang bisa ikut pemberkasan CPNS. Rasanya sedih dan diperlakukan tidak adil. Apalagi waktu itu guru tidak tetap yang mengajar di SD swasta hanya dipandang sebelah mata.

Gambar ilustrasi dari kalteng.prokal.co

Sekitar tahun 2006an saudara kembarku juga ikut tersaring dalam pemberkasan CPNS. Haduh...Saya jadi nangis bombay jadinya. Tapi ya itu tadi, saya harus bersemangat dan terus melihat orang
yang bernasib lebih memprihatinkan daripada saya.

Saya tak menyerah dengan keadaan. Pada saat awal mengajar, saya digaji dengan sumber BOS. Besarannya tak sampai 100 ribu. Kemudian setelah dua tahun barulah saya mendapatkan Tunjangan Fungsional sejak tahun 2007 sampai 2013. Saya sangat mensyukuri itu. Saya melihat teman-teman masih jarang yang mendapatkan Tunjangan Fungsional itu. Bahkan sekarang tambah sulit untuk mendapatkannya.

Baca juga : Dana Bos Bisa Untuk Membeli Pulsa dan Membayar Honor Guru Non ASN

Setelah menikmati Tunjangan Fungsional sampai 2013 akhirnya nikmat demi nikmat terus saya peroleh. Agustus 2013 saya mendapatkan panggilan untuk ikut program sertifikasi lewat jalur PLPG. Alhamdulillaah sekali. Di tahun itu pula saya lulus, tanpa mengulang materi tes maupun peer teaching-nya.

Sungguh nikmat dari Allah tak terkira. Tahun 2014 saya mulai mendapatkan hak dana sertifikasi sebesar 1,5 juta rupiah perbulan. Mungkin bagi orang lain itu bernilai kecil tapi tidak buat saya. Menikmati 1,5 juta perbulan sudah saya syukuri. Bukan bermaksud riya' atau sombong, setiap menerima sertifikasi saya menyisihkan sedikit rezeki untuk teman kerja yang masih non PNS. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline