Lihat ke Halaman Asli

Zahrotul Mujahidah

TERVERIFIKASI

Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Perjodohan (4)

Diperbarui: 24 Juli 2020   08:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pict: depokpos.com

Kisah 1

Kisah 2

Kisah 3

Bagian 4

Akhirnya aku tinggal di kampung. Nyaman juga sebenarnya. Sepertinya aku tak begitu asing dengan kampung Fahri. Sudut-sudut kampung masih terlihat seperti dulu meski sekarang terlihat lebih maju.

Ketika aku masih SD kelas 2 pernah diajak ke kampung ini. Mengunjungi teman-teman ayah di kampung. Salah satu teman ayahku memiliki putra yang saat itu kelas 5. Dia menyayangi aku. Aku pun menyayanginya. Dia bilang aku jadi pengganti adiknya yang sudah meninggal. Waktu itu aku tersenyum karena memiliki sosok kakak. Hari-hari di kampung dulu aku habiskan bersamanya. Kira-kira seminggu aku di sana. Tapi bodohnya aku tak tahu namanya. Aku hanya memanggil dia dengan julukan mas.

Ketika kembali ke kota, aku selalu menanyakan kepada ayah tentang mas tadi. Ayahku kebingungan juga. Begitu banyak teman ayah yang memiliki anak laki-laki di kampung. Pas ayah tanya ciri-cirinya pun ayah tak ingat juga. Akibatnya aku mulai melupakan mas.


***

"Dik Sinta, mandi dulu sana. Tadi bak mandi sudah aku isi penuh...", Ucap Fahri.


Tiap pagi pasti Fahri menimba air sumur untuk bak mandi, gentong air, dan ember cucian. Setelah itu sarapan dan mengecek sawah. Pulang dari sawah mencuci pakaian kotor. Lalu aku? Aku tak mau melakukan itu semua. Aku terlalu sayang dengan tangan-tangan mulusku.

Aku tak peduli pandangan mertuaku. Aku tak peduli dinilai jelek. Tujuanku memang ingin dibenci dan lepas dari keluarga mereka.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline