Bulan Agustus menjadi bulan yang sangat memorable bagi seluruh lapisan masyarakat Indonesia. Bagaimana tidak, tepat pada tanggal 17 tujuh puluh dua tahun lalu Indonesia dengan yakin dan bangga mendeklarasikan negara sebagai negara yang merdeka.
72 tahun sudah, dan hingga saat ini perayaan tahunan yang dilangsungkan pada tiap daerah masih terus dilestarikan, termasuk Karnaval Kemerdekaan di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur. Karnaval sendiri menjadi puncak perayaan hari kemerdekaan pada setiap tahunnya.
Mulai sekitar pukul 12 atau 1 siang, para peserta karnaval sudah mulai berjalan mengitari kota melalui jalur yang telah disepakati. Biasanya, karnaval ini akan selesai dan seluruh peserta telah tiba di garis finish untuk kembali kerumah pada pukul 9 malam.
Hal yang menarik dari diadakannya Karnaval Kemerdekaan ini ialah kita dapat melihat suatu kesatuan bangsa yang tidak memandang perbedaan sekecil apapun dari berbagai aspek. Karnaval yang berlangsung sekitar 9 jam ini menyuguhkan segala keberagaman adat istiadat tidak hanya dari NTT, namun dari daerah Indonesia lain.
Hal ini semakin mempertegas makna kemerdekaan sesungguhnya bahwa merdeka ialah milik kita semua yang terhimpun menjadi satu bangsa tanpa memandang suku, agama atau ras. Merdeka itu tidak soal kaum minoritas atau mayoritas, namun soal bagaimana kedua kaum saling menghormati kepercayaan mereka dan menyadari bahwa tidak satupun agama yang diakui oleh bangsa Indonesia buruk adanya.
Tidak hanya melulu soal busana adat istiadat atau keyakinan, karnaval yang diikuti oleh ratusan peserta dari berbagai instansi dan komunitas ini pun menampilkan aksi keren melalui Drum Band oleh beberapa instansi atau komunitas yang mengusung konsep lebih modern namun tetap mengingatkan kita pada aksi klasik dalam momentum kenegaraan. Instrumen yang dimainkanpun tidak selalu lagu-lagu modern, namun juga lagu daerah seperti Bolelebo (NTT).
Ini menunjukan bahwa merdeka juga berarti setiap orang, tanpa memandang status sosial atau usia bebas mengekspresikan diri dalam bentuk apapun selama hal tersebut positif. Sebagai penonton saya merasa salut terhadap anak-anak Sekolah Dasar yang terlihat tetap bersemangat memikul dan memukul peralatan band mereka hingga garis finish. Mayoret dan sinyoret sebagai pemandupun tidak kalah bersemangat untuk menghibur dengan aksi joget yang cukup mengundang decak kagum dan sedikit kehebohan dari penonton.
Ada pula penampilan baris berbaris yang begitu rapih dan gagah oleh PASKIBRA Kota Kupang. Meski jalanan terlihat semakin sempit akibat padatnya penonton, mereka tetap menunjukan totalitas mereka sebagai pasukan pilihan.
Begitu hari mulai gelap, saya memutuskan untuk kembali ke rumah sehingga aksi - aksi keren lainnya tidak sempat saya tonton dan dokumentasikan.
Namun tentunya aksi apapun itu, saya turut senang bahwa dengan berkembangnya isu dimana-mana mengenai in-toleransi dan tidak mengakui Indonesia sebagai negara pluralis, NTT masih dengan prinsipnya mempertahankan gelar provinsi paling toleran (menurut media yang saya baca). Kota Kupang tadi dipenuhi oleh atmosfir Bineka Tunggal Ika, Kota Kupang tadi dengan sangat baik mengantar serta mengedukasikan kita akan keberagaman bangsa, dan Kota Kupang tadi telah menunjukan bahwa merdeka kita mestilah merdeka dalam keberagaman.
Jadi...masih ragu bahwa keberagaman itu indah? :)
Kupang, 22 Agustus 2017..
*maaf atas kualitas foto yang buruk, cukup sulit untuk mengambil gambar*
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H