Lihat ke Halaman Asli

Mengapa Remaja Indonesia Perlu Gemar Membaca?

Diperbarui: 28 Mei 2017   15:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber : esquire.co.id

Membaca. Mendengar satu kata dengan tiga suku di dalamnya seperti memunculkan persepsi yang membosankan. “adakah kegiatan yang lebih fun?” “tidakkah harusnya kita ke kafe saja?” “cari tempat hits aja yuk” . 

Yah.. mungkin seperti itu feedback yang akan anda dapat jika mengajak remaja Indonesia untuk membaca (based on my experience). Jelas saja, tingkat gemar membaca negara ini masih jauh terbelakang, bahkan nyaris menempati posisi akhir tepatnya 60 dari 65 negara. Lantas apa yang bisa dilakukan? Atau jangan sampai situ dulu, lantas apa impact yang berarti jika gemar membaca Indonesia naik? Apakah hanya mencari kuantitas?

Membaca mungkin terdengar seperti kegiatan yang sepele, mungkin karena itu pula banyak yang tak mencobanya. Namun, bukankah hal-hal besar diawali dari hal-hal kecil? Dosen saya terkenal dengan quotenya yang legend di kampus kami, jika ingin perubahan terjadi maka kuncinya 3M; Mulai dari sekarang, Mulai dari hal kecil dan Mulai dari diri sendiri. Lagi-lagi sederhana, namun berarti. Membaca pada dasarnya kegiatan menambah ilmu, kegiatan memasukan informasi baru ke dalam memori, kegiatan menatap tulisan atau apa? banyak definisi bukan? Namun sebenarnya mempunyai makna yang sama.

Banyak hal besar di dunia ini dimulai dari gemar membaca. Sebelum jauh fokus kita ke Einsten, kita perlu tengok sebentar mantan orang nomor satu Indonesia yang kini namanya melalang buana di perfilman Indonesia. Siapa lagi kalo bukan Pak Habibie. Rudi Habibie memulai kegemarannya akan pesawat sejak ia melihat pesawat itu sendiri terbang di udara, namun ia tidak ingin menciptakan pesawat yang ia lihat, karena pesawat tersebut hanya akan "mem-bom" atau kita kenal dengan pesawat tempur. 

Kecintaannya dengan pesawat menggerakannya untuk lebih gemar membaca, terutama buku seputar sains khususnya fisika. Bahkan hingga kini ia masih gemar membaca, kecintaannya membaca mendorong ia untuk membangun perpustakaan pribadi. See? bahkan saya bisa tahu apa yang terjadi di masa silam. Masa dimana saya belum terlahir. Tentu saja, itu semua juga karena buku yang rela mengantar saya.

sumber : duniaperpustakaan.com

Pasti beberapa dari anda bertanya-tanya mengapa saya hanya membahas remaja dalam kegiatan gemar membaca ini? Bukankah membaca diperuntukkan untuk semua orang tanpa memandang usia atau statusnya? 

Ya, benar.. tetapi yang membuat saya ingin membahas khusus diperuntukan bagi remaja ialah, menurut saya, saya akan lebih menguasi bagaimana perasaan remaja itu sendiri, karena saya pun masih terbilang dalam fase remaja. Kedua, remaja merupakan generasi kini yang sedang dipersiapkan untuk menjadi penerus bangsa, jadi sebenarnya kegiatan gemar membaca menjadi hal yang urgent untuk remaja.

Pada dasarnya banyak juga remaja Indonesia yang gemar membaca. Entah itu membaca novel, majalah, essay, buku sejarah, biografi atau beranda medsos (?). Apapun itu. Namun, sayangnya yang kita maksud banyak belum sama sekali cukup. Remaja dalam arti kini: generasi Z/Milenial yang sedang dicobai oleh teknologi masih sangat terjerumus pada hilangnya budaya dan nilai yang patutnya terus dijaga. 

Contoh sederhana, perilaku hedonisme yang kian menjamur. Nongkrong, cari tempat "Hits" atau berfoya-foya. Tak ada salahnya, namun yang menjadi masalah banyaknya yang mementingkan pencitraan belaka, media sosial seakan menjadi platform untuk pamer, untuk membiaskan kehidupan sebenarnya yang jauh dari kata sejahtera. 

Miris sebenarnya, namun itulah realita. Masih banyak yang salfok atau salah fokus. Fokus mereka terkadang bukan kepada apa yang akan dicapai di masa depan, namun apa yang perlu saya pamer dan harga diri saya naik ketika bersama teman-teman saya.

Aksi nyata dari pemerintah sendiri mengenai menaikan tingkat gemar membaca di Indonesia sendiri sebenarnya telah lama berkumandang, mulai dari disediakan lebih banyak lagi perpustakaan bahkan hingga daerah pedalaman, adanya perpustakaan keliling dengan harapan dimanapun masyarakat senantiasa dapat membaca sampai dicetusnya duta baca Indonesia, presenter cerdas Najwa Shihab. Banyak langkah, namun perubahan yang signifikan belum begitu terlihat. Dibuktikan dengan hasil survey dimana hanya 9% remaja Indonesia yang masih gemar membaca. 9%!!

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline