Lihat ke Halaman Asli

Guru antara Kehidupan dan Penghidupan

Diperbarui: 24 Juni 2015   05:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Guru : Dari kehidupan hingga sebuah penghidupan?

Guru merupakan sebuah profesi mulia yang tidak semua orang bisa mendapatkannya. Kata guru melambang sebuah sifat dan karakter yang melekat pada seseorang sebagaimana yang dikatan yang digugu dan ditiru. Guru adalah sosok pantang menyerah yang punya seribu kreatifitas baik dalam mengajar maupun mengayomi peserta didiknya.

Pada saat sekarang ini timbul suatu pertanyaan, apakah guru sebagai kehidupan atau sebagai sebuah ppenghidupan. Menarik memang, dua kata diatas hampir sama, akan tetapi memiliki makna yang berbeda. Dahulu sebagaimana yang banyak disebutkan diberbagai literature dan sejarah bahwa guru adalah sebuah kehidupan bukan sebagai penghidupan. Menjadi guru berarti menanamkan nilai-nilai kehidupan, mencerdaskan insan-insan, menghidupkan nilai kemanusian dalam pribadi, belajar mengenal kehidupan dimana mereka berada. Dahulu guru juga sebagai pencerah dalam kehidupan bermasyarakat dan menjadi suluh dalam setiap kepekatan jahiliyah.

Guru menjadikan moral sebagai landasan utama dalam aspek tujuan. Walaupun dengan metode yang tergolong sangat sederhana, akan tetapi lebih berkarakter daripada pendidikan berkarakter yang digaungkan saat ini. Kita lihat bagaimana hormat dan patuhnya para murid terhadap guru, jangankan hal lain, lewat saja depan gurunya mereka menundukkan badan. Hal ini tentunya bukan sebagai bentuk wibawa yang dibuat oleh sang guru, akan tetapi ini lah buah kerja keras nya dalam mencerdaskan psikomotorik, kognitiif dan afektif para murid. Mereka ikhlas menularkan ilmunya tanpa ada iming-iming dibalik itu. Dalam artian seorang guru memang memberikan kehidupan, dan warna tersendiri terhadap peserta didiknya. Dengan metode yang sederhana mereka mampu menciptakan mahasiswa yang berkarakter  dan tidaka gampangan.

Mari kita lihat guru masa sekarang. Apakah guru zaman sekarang masih sebagai sebuah kehidupan ataukah sebagai sebuah sumber penghidupan? Sekarang profesi guru sudah bergeser paradigm, guru bukan hanya sebagai kehidupan akan tetapi sudah sebagai sebuah penghidupan. Sosok seorang guru yang diagungkan sebagai orang yang dihormati dan ditiru sudah mulai memudar. Para guru hanya berprofesi sebagai guru buka berjiwa sebagai seorang guru. Materi adalah menjadi tujuan dengan mulai mengabaikan modal. Lihat saja, tingkah alaku guru rela beradu mulut hanya masalah jam tambahan untuk sertifikasi, bersitegang otot leher hanya gara-gara absen,  belum lagi guru yang ngobyek menjual buku kepada peserta didik. Tidak hanya sampai disitu, mereka sudah mulai merambah usaha sunat-menyunat dana. Hal ini diperparah dengan ada sebagain guru yang lolos ujian CPNS melalui cara kotor. Ini mengindikasikan bahwa guru hanya sebagai penyambung tangan untuk mencapai sebuah kekayaan materi. Kenyataan ini juga diperparahkan dengan adanya sebagian guru yang tugas utamanya hanya transfer ilmu saja, masalah etika dan kelakuan anak murid bukan urusannya. Kantor sekolah merupakan ajang pamer pakaian tebaru oleh para guru khususnya ibu-ibu, pakaian sudah mulai modis ala bintang film terkenal dan mereka sepertinya lebih cocok sebagai seorang artis ketimbang sebagai seorang pendidik.  Sudah semestinyalah pendidikan berkarakter itu dimulai dari sang guru terlebih dahulu. Letakkan kembali pada tempatnya marwah guru yang dulu pernah menjadi sebuah kehidupan bagi masyarakat, bangsa dan Negara bukan sebaliknya sebagai sumber penghidupan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline