Lihat ke Halaman Asli

Harjono Honoris

Wiraswasta

Membuat Pengalaman Ngojek Lebih Seru dan Manusiawi

Diperbarui: 14 Juni 2019   18:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pengendara Ojek (Afif Kusuma, Unsplash)

"Mas, udah narik dari jam berapa?"

Ini adalah satu pertanyaan yang bisa mencairkan suasana bagi driver ojek dan taksi, dari yang pendiam sampai ceplas-ceplos, yang muda sampai tua, yang wajahnya segar sampai lelah.

Jika mereka menjawab "oh udah dari pagi, mas", kita bisa lanjut bertanya nariknya dari daerah mana dan mendapat info lokasi di sana. Boleh juga kita mengagumi tenaga pak driver dan bertanya apa tipsnya menjaga kesehatan. Dari sini pembicaraan akan mengalir kemana-mana.

Entah kenapa para driver lebih niat menjawab pertanyaan ini dibanding dengan yang lainnya. Kita bisa bertanya soal darimana asalnya, apa udah berkeluarga, bagaimana pekerjaannya, tapi belum tentu dijawab dengan antusias. Wajar aja, rata-rata orang tak akan memberitahu persoalan kehidupan mereka pada sembarang orang, setidaknya sampai mereka nyaman dengan orang tersebut.

Bisa jadi pertanyaan "narik dari jam berapa" itulah yang membuat mereka nyaman. Namun bagaimana aku bisa menemukan pertanyaan ini? Apakah memang karena niat? Gak juga.

Pulang pergi kerja aku selalu memakai ojek dan taksi. Perjalanan yang jauh cenderung bikin lelah dan ngantuk, dua hal yang jangan sampai terjadi kalau bepergian sendiri. Untuk mengatasi rasa ngantuk aku membiasakan diri bercakap-cakap dengan driver ojek dan taksi; supaya tetap nyaman, aman, dan selamat sampai di tujuan.

Nggak semua driver itu orang ceria yang pengen bercerita. Untuk itu biasanya aku yang memulai pembicaraan secara acak, membaca topik apa yang mereka senang omongkan, apa yang mereka suka dan tidak suka. Dalam prosesnya aku juga mendapat cerita-cerita menarik: seluk-beluk kota Jakarta, berita-berita terhangat, dan cerita kehidupan para driver itu sendiri. Aku pun bisa berbagi cerita tentang diriku dan drivernya terhibur. Tak jarang kita bisa saling cocok, berbagi kegembiraan dan inspirasi dalam waktu yang singkat.

Aku pun belajar sesuatu dari proses bercakap ini. Semakin kita bercerita, semakin kita mengenal seseorang. Semakin kita mengenal seseorang, semakin kita bisa memberi pertanyaan yang baik. Pertanyaan yang baik konon bisa mengembangkan pengetahuan tentang dunia, tapi tampaknya ini juga berlaku untuk relasi dengan sesama.

Kupikir ini pun sebuah kiat umum untuk hidup yang baik. Kiat bagaimana seseorang bergaul. Kiat bagaimana seorang anak dekat dengan orang tuanya. Kiat bagaimana seorang pemimpin memperhatikan bawahannya, bagaimana seorang negarawan mengayomi rakyatnya. Sebuah kiat untuk saling berelasi, saling mengasihi.

Dan itu semua dimulai dengan berbicara.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline