Lihat ke Halaman Asli

Harjono Honoris

Wiraswasta

Ajaran yang Setengah-setengah

Diperbarui: 3 November 2016   13:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber Gambar: Flickr

Yang mana yang Anda lebih senang dengar? A atau B?

A: setengah mati
B: setengah hidup

***

A: setengah jelek
B: setengah ganteng

***

A: setengah gila
B: setengah waras

***

Jika Anda lebih menyukai A, bisa jadi Anda orang pesimis. Sebaliknya, jika B, Anda pasti orang optimis.

Mengapa demikian? Menurut kata-kata motivator, hal ini adalah persoalan perspektif. Misalnya, ketika melihat gelas yang berisi air hanya setengahnya, orang optimis akan menjawab "setengah terisi" sedangkan yang pesimis akan menjawab "setengah kosong". Dengan konsep ini, para motivator menjanjikan perubahan hidup dengan perubahan perspetif saja. Jadilah ajaran "perspektif" atau lebih suka saya sebut ajaran "setengah-setengah"

Ajaran "setengah-setengah" sah-sah saja jika ditempatkan dalam pembentukan karakter, di mana relativitas dan fleksibilitas sangat lumrah. Namun, ada beberapa hal yang seharusnya absolut dan punya kedudukan yang jelas malah direlatifkan melalui ajaran "setengah-setengah" ini.

Contohnya, dalam menilai moral dan agama. Jika seorang pemimpin negara memeluk agama yang mengajarkan keadilan dan kejujuran, tapi perbuatannya penuh dengan korupsi, ada orang yang beranggapan: gak apa-apa lah curang sedikit, kan saling memaafkan. Setengah bersih setengah jujur gak apa-apa lah, toh manusia tidak sempurna.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline