Lihat ke Halaman Asli

Jonny Ricardo Kocu

Penulis Lepas

Demokrasi Mati: Gejalanya dan Bagaimana Menjaga Demokrasi?

Diperbarui: 16 Juni 2024   09:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi demokrasi. (Sumber: SHUTTERSTOCK via kompas.com)

Sejak akhir perang dingin, sebagian besar kehancuran demokrasi bukan disebabkan oleh para jendral dan serdadu, melainkan pemerintah hasil pemilu. Kemunduran demokrasi hari ini, dimulai dari kotak suara -hal XI.

Kalimat di atas menjadi pengantar bagi kita untuk memahami isi buku ini. Bagaimana Demokrasi Mati ? jawaban awalnya, demokrasi mati karena hasil pemilu. 

Namun, untuk memahami gejalanya dan bagaiman upaya menjaga demokrasi, dalam tulisan ini saya memaparkan ringkasan singkat dari buku yang ditulis oleh dua Profesor Amerika. Sekaligus, kontekstualisasi kondisi Indonesia saat ini.

 Buku ini terdiri dari 9 bab, saya tidak akan membahas secara rinci tiap bab, melainkan saya akan merangkum  beberapa poin penting dari buku tersebut. Walau di tulis dalam konteks Amerika.

Kedua penulis membawa kita pada contoh dan Sejarah demokrasi dan otoritarianisme di belahan dunia lain, seperti Mussolini, Hitler, Putin, Egdogard, Chalves, Fujimori dan banyak contoh lainnya dari Amerika Selatan, Asia hingga Eropa. 

Penulis juga menyajikan beberapa sejarah demokrasi dan politik Amerika. Dalam buku ini, beberapa istilah kunci yang digunakan sebagai musuh demokrasi, antara lain ; demagog, ekstrimis, autokrat, dan otoriter atau otoritarianisme.

Bagaimana Demokrasi Mati ?

Sumber gambar: bulir.id

Bagaimana demokrasi mati? Atau kita bisa bertanya dengan cara lain; bagaimana pemimpin yang membuat demokrasi mati, lahir atau muncul ? Bagi kedua penulis, pemimpin autokrat yang otoriter sebagai pembunuh demokrasi lahir melalui 3 hal: 

1) Pemegang panggung kekuasaan mengizinkan mereka masuk.
2) Sistem penjaga demokrasi (Parpol dan Pemilih Pendahuluan) lemah dan
3) Kotak suara -pemilihan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline