Ada tiga dorongan, hasrat, atau nafsu yang sangat sulit ditahan dan jika ditahan akan membuat otak menjadi tumpul pindah ke dengkul. Dorongan berak, hasrat berkuasa, dan nafsu libido seks. Yang ketiga masih mungkin dikendalikan dan bisa disalurkan dengan cara lain. Tetapi dorongan berak dan hasrat berkuasa hanya bisa dipuaskan di toilet dan di singgasana.
Pilkada serentak 9 Desember 2020 mungkin tidak bisa lagi diundur, sebab hari ini H-3, 6 Desember masih tetap pada keputusan bahwa pilkada itu harus dilaksanakan, dan sudah ditetapkan sebagai hari libur nasional. Baiklah jika begitu .... Berhati-hatilah saat mencoblos.
Lebih baik pakai masker dua lapis, kantongi sabun dan air dalam kemasan sebab lebih murah dari hand sanitizer, jangan merokok di lokasi mencoblos sebab itu berarti masker harus dibuka. Habis mencoblos langsung pulang, biarkan panitia menghitung sendiri tanpa disaksikan oleh siapapun, biarkan hanya virus-virus corona yang beterbangan menjadi saksi. Kewajiban anda hanya mencoblos, anda tidak diwajibkan menjadi saksi, tusuk dan lari menjadi pilihan terbaik.
Saran ini cocok bagi anda yang hingga saat pilkada belum terinfeksi. Sesudah mencoblos anda tetap harus sehat, sebab jika menjadi terinfeksi dari cluster pilkada, itu namanya rugi berkali-kali. Satu detik setelah kau mencoblos, calon yang kau coblos itu sudang langsung melupakanmu, percayalah.
Bagi anda yang hasil swabnya positif, berterimakasihlah sebab negara tetap menghargai suaramu, katanya kalian tetap ikut mencoblos. Jaga jarak dari panitia pilkada yang datang, bukan 1,5 meter tetapi 15 meter. Kasihan panitia itu, mereka terpaksa menerima resiko terinfeksi agar hasrat berkuasa dari calon-calon itu tidak tertunda.
Nah, bagi anda yang dalam keadaan kritis, nafas tinggal satu-satu di pembaringan entah di manapun itu. Meskipun anda sekarat, negara tetap menghargai dan terutama membutuhkan suaramu. Semoga anda terhibur oleh penghargaan yang luarbiasa ini. Jadi, TOLONG JANGAN MATI DULU SEBELUM MENCOBLOS.
Negara sudah menunjukkan betapa suara kita sangat berharga, dan penghargaan itu layak dibalas meskipun beresiko tinggi, resiko terinfeksi disusul oleh resiko kematian.
Semuanya demi dan agar hasrat berkuasa dari calon-calon itu tidak tertunda, sebab saat ini hasrat berkuasa itu sudah menguasai seluruh sendi-sendi, mengalir di semua pembuluh nadi, memacu detak jantung hingga bergetar hebat, membuat nafas ngos-ngosan, mata menjadi nyalang, cakar siap menerkam, mulut menjadi bau. Penundaan dapat meledakkan jantung dan kepala, sampai otak berceceran di jalan yang becek.
Meski begitu, ayo tetap sadar bahwa nama kita hanya dibutuhkan sampai di bilik suara saja. Saat kita menarik paku dari kertas suara, itulah saat identitas kita dilupakan, kita tidak diperlukan lagi, terbuang ke tumpukan sampah demokrasi. KITA MENGHADAPI SEMUA RESIKO INI, UNTUK MEMILIH ORANG YANG SEGERA MELUPAKAN KITA.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H