Saya membagi menjadi tiga jenis sumber yang mengancam kebhinekaan.
Pertama, kelompok orang yang ingin mengganti kebhinekaan, dan karena itu berniat menghancurkannya.
Kedua, orang atau kelompok yang memanfaatkan kebhinekaan untuk kepentingan diri atau kelompok sendiri. Modal utama kelompok ini adalah kemunafikan.
Ketiga, kelompok yang abai, tidak peduli, cuek, dan karena itu tidak merawat kebhinekaan itu sendiri.
Belakangan ini muncul suatu fenomena yang menurut saya unik, tetapi di dalamnya tersimpan sesuatu yang dapat menjadi bara dalam sekam, yang jika suatu saat ditiup oleh angin sepoi saja bisa langsung menyala dan menghanguskan.
Palestina dan Asmat, cermatilah respon di media sosial dalam jaringan terhadap keduanya, Palestina dan Asmat.
'1. Lost Generation
Apa yang terjadi dan yang dialami suku Asmat, sebenarnya jauh lebih memprihatinkan dan lebih memilukan. Bayangkan, kurang gizi, malnutrisi, kelaparan.
Mampukah anda membayangkan keperihan perut yang kosong, daging di tubuhnya tergerogoti pelan-pelan menyisakan tulang-belulang saja, perlahan-lahan menuju kematian dengan perut keroncongan? aku tidak sanggup.
Pemerintah daerah di mana suku Asmat berada, di mata saya tak lebih dari makelar-makelar politik demi kekuasaan, tidak lebih tinggi derajatnya dari para maling, kemampuan manajerialnya sekelas pemadam kebakaran, dan minus hati nurani.
Kalau anda pikir apa yang terjadi dan dialami suku Asmat hanya peristiwa kelaparan dan kurang gizi, anda salah besar. Itu adalah terputusnya garis keturunan, hilangnya generasi, itulah genosida. Genosida yang dilakukan bersenjatakan ketidakpedulian, bersenjatakan kemunafikan, bersenjatakan kebohongan.