Lihat ke Halaman Asli

Jonny Hutahaean

tinggi badan 178 cm, berat badan 80 kg

Tantangan Itu adalah untuk Mendewasakan

Diperbarui: 23 Juni 2015   23:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Pepatah mengatakan begini :

”karang yang kokoh tumbuh hanya di laut yang berombak besar, nahkoda terbaik lahir di laut yang ganas”.

“jangan membangun istana di atas pasir sebab akan mudah tersapu angin dan ombak, tapi bangunlah istanamu di atas batu cadas agar tahan terhadap segala guncangan”.

Begitulah yang dikatakan, dan begitu pula yang aku percayai.

Tentu amplitudo ombak besar buat anak-anak berbeda dengan amplitudo ombak besar bagi remaja, berbeda lagi dengan amplitudo ombak besar bagi orang dewasa. Kerasnya batu cadas buat anak-anak berbeda dengan buat anak remaja, dan berbeda lagi dengan buat yang dewasa. Tetapi semua memang harus berhadapan dengan ombaknya masing-masing dan manantang kerasnya cadas masing-masing.

Orangtua yang memuluskan jalan perahu kehidupan anaknya sehingga tidak menghadapi ombak adalah orangtua yang sedang membunuh masa depan anaknya. Kalau dia merasa itu karena dia mencintai anaknya, maka dia cintai anaknya itu dengan cinta yang memenjarakan dan mengerangkeng. Sejatinya cinta itu membebaskan.

Orangtua yang menyingkirkan batu cadas yang seharusnya dihadapi anaknya, adalah orangtua yang sedang membangun karakter memble, loyo, pengecut, dan pecundang ke dalam diri anak-anaknya. Orangtua yang selalu menghindarkan anaknya dari masalah, dan tidak pernah membiarkan anaknya menemukan dan menyelesaikan masalahnya sendiri, adalah orangtua yang sedang membungkus anaknya ke dalam kardus, yang pada akhirnya akan terlempar ke tumpukan sampah sejarah.

Orangtua yang mencintai anaknya akan membiarkan anaknya berlayar menantang ombak, dia hanya mengawasi dan bersiap-siap memberikan pertolongan agar ombak tidak menenggelamkan anaknya. Orangtua yang mencintai anaknya akan selalu bersiap memberikan pertolongan agar kerasnya batu cadas tidak memfrustasikan anaknya. Begitulah cinta yang membebaskan.

Anak yang mandiri dan bahagia itu adalah anak yang berani dan dengan penuh sukacita menantang ombak dan memanjat cadas, sebab dia tahu ada sebuah tempat dimana orang-orang yang mencintainya berada, sebuah tempat untuk meminta pertolongan penuh cinta, dikala ombak menghanyutkan dan cadas memfrustasikan jiwa, itulah RUMAH.

Jadi saat pemerintah membuat peraturan bahwa murid-murid SD tidak boleh tinggal kelas, ujian nasional tingkat SD ditiadakan, tidak boleh ada ujian seleksi saat akan masuk ke SMP, itu semua justru membuat saya sebagai orangtua menjadi frustasi dan kesal. Ombak dan cadas itu ditiadakan, .. huh. Segala bentuk ujian di sekolah saya pandang bukan untuk mengejar rata-rata nilai rapor yang tinggi atau untuk meraih peringkat pertama, tetapi sebagai kesempatan untuk menanamkan nilai-nilai kejujuran dan nilai-nilai perjuangan ke dalam diri anak saya. Dengan arogan, pemerintah menghapus kesempatan itu.

Pemerintah sedang membungkus anak-anak murid SD ke dalam kardus, untuk dilemparkan ke tumpukan sampah sejarah di masa depan. Begitukah?.

Biadab.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline