Lihat ke Halaman Asli

Jonny Hutahaean

tinggi badan 178 cm, berat badan 80 kg

Masa Bodoh Capres Gila, Asal Kita Tetap Waras

Diperbarui: 23 Juni 2015   23:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Jika ingin tetap waras selama lima tahun ke depan, langkah awal setelah mencoblos adalah melupakan semua janji-janji caleg selama musim kampanye. Kita sebagai rakyat sudah tiba pada situasi untuk pasrah dan hanya berharap, semoga caleg yang mendapatkan kursi kekuasaan legislatip masih punya hati dan memori di otak yang cukup untuk mengingat semua apa yang dijanjikannya saat kampanye, dan masih memiliki energi yang memadai untuk berjuang sesuai janjinya. Kita sebagai rakyat sudah tiba pada ketidakberdayaan, hanya memanjatkan doa semoga Parpol beserta jajarannya masih menyisakan ruang di kepala untuk mengingat rakyat. Semoga tujuan dan ingatan mereka tidak melulu ditujukan untuk “mengembalikan modal, dan meraih profit”. Meski harapan itu tipis, tetapi demi kewarasan diri sendiri maka sebaiknya setipis apapun harapan yang tersisa, harus tetap dipelihara. Setitik cahaya yang terpantul dari ujung terowongan yang gelap, bukankah itu pertanda di ujung sana ada kehidupan yang bersinar?.

Mengapa harapan itu tipis?, sederhana saja jawabannya. Janji manis akan kesejahteraan rakyat sudah berulang kali diucapkan, setiap kampanye selalu begitu, sejak jaman ORLA, berpindah ke rezim ORBA, dan kini rezim yang menyebut diri rezim reformasi. Setiap kali pula janji itu dilupakan. Lantas, kini apa yang membuat janji itu akan diingat dan diusahakan?. Tidak ada sistem yang memaksa agar semua janji direalisasikan, kecuali atas kebaikan dan dorongan hati nurani. Sialnya, hati nurani sudah lama menyusut atau bahkan menghilang dari jagad perpolitikan di negeri yang gemah ripah loh jinawi ini.

Lantas apakah kita harus pesimis?, oh tidak, hanya jangan terlalu berharap, dan jangan terlalu memelihara mimpi. Jangan bermimpi bahwa mereka akan membawa kesejahteraan untk dirimu, kembangkan keyakinan bahwa kesejahteraanmu hanya kau raih melalui tangan, kaki, pikiran, ikhtiarmu dan kerja kerasmu sendiri. Jika mereka tidak menjadi penghalang bagimu, itu saja sudah pantas kau syukuri.

Lantas untuk apa suara yang kuberikan itu?. Itu hanya agar kau berhak memelihara sedikit harapan, sedikit saja ya, akan datangnya perubahan ke arah yang makin baik. Hanya itu saja. Sedikit harapan yang tersisa akan sangat berguna memelihara kewarasan diri.

Begitulah yang aku lakukan. Saat paku saya tancapkan ke kertas suara, saya langsung melupakan semua nama mereka, dan saat paku saya cabut serta merta saya melupakan semua apa yang pernah mereka janjikan, dan saat saya masukkan kertas suara ke kotak suara, saya lupakan pula bahwa saya sudahmemilih salah satu dari mereka. Pulang ke rumah, bekerja seperti biasa.

Hidup dan perjuangan harus tetap berlanjut, dengan atau tanpa mereka semua.

SELAMAT UNTUK SELALU WARAS.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline