Lampu LED di rumah saya sudah tua. Awalnya, bohlam di dapur tidak mau menyala. Lalu saya beli bohlam baru. Saya pasang. saklar saya mainnya. Tetap bohlam itu tidak menyala.
Kesimpulan saya arus listriknya yang tidak beres. Paling mungkin rusak di saklar on-off lampu. Saya rasakan memang agak seret ketika ditekan. Saya takut kesetrum listrik. Jadi saya tidak berani bongkar saklar itu. Berhari-hari. Saya mencari tukang, tapi tukang sedang sibuk semua.
Saya teringat omongan Abang saya dulu di rumahnya. Orang kadang-kadang malas, masak pasang saklar saja tidak berani, katanya sambil membetulkan saklar listriknya yang bermasalah.
Akhirnya saya memberanikan diri, membuka saklar yang rusak itu. Sebelumnya on-off listrik di meteran PLN saya matikan. Tetapi saya tetap takut listriknya masih mengalir. Saya merasa bodoh sekali saat itu. Singkat cerita saya berhasil memasang saklar baru, tentu saja dengan susah payah.
Berhasil lampu menyala lagi.
Kemarin giliran lampu kamar tamu yang mati. Saya langsung berpikir saklarnya yang rusak. Sama dengan lampu di dapur. Kali ini saya agak berani memasangnya, sehingga lebih cepat selesai. Eh, ternyata lampu LED lama itu tidak menyala. Saya yakin sekali saya memasang saklar dengan benar. Apa penyebab tidak menyala? Saya pikir sekarang giliran bohlamnya yang rusak.
Ternyata benar. Bohlam baru yang saya pasang di tempatnya menyala dengan baik. Jadi saya sia-sia membongkar saklar lama dan mengganti dengan yang baru.
Hikmah yang saya petik dari lampu LED yang mati ini adalah: dua kejadian yang sama persis, belum tentu penyebabnya sama.
Karena itu, bila melihat perkara, jangan cepat mengambil kesimpulan siapa yang salah. Pelajar dengan teliti semua kemungkinannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H