Lihat ke Halaman Asli

Jonminofri Nazir

dosen, penulis, pemotret, dan pesepeda, juga penikmat Transjakrta dan MRT

Pendidikan Formal, Pendidikan Nonfomal, dan Taman Baca adalah Tiga Serangkai yang Tak Bisa Dipisahkan

Diperbarui: 8 Juli 2024   21:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pertanyaan menarik adalah sebenarnya apa sih pendidikan itu? Mengapa kita masuk kelas untuk belajar bersama guru? Saya pernah memikirkan pertanyaan ini cukup lama.

Kesimpulan saya adalah sebenarnya pendidikan, atau agar lebih tepat, saya sebut belajar di kelas, saya sebut katalisator dalam menyerap ilmu pengetahuan. Terutama tingkat SD, SMP, SMA, Si dan S2. Sedangkan S3 berbeda sedikit. 

Kita biasa mendengar kata "katalisator" dalam pelajaran kimia. Zat yang berfungsi sebagai katatlisator adalah unsur yang mempercepat suatu reaksi kimia berlansung. Tetapi zat tersebut tidak mengubah senyawa yang terbentuk. Jadi, ringkasnya katalisator itu tugasnya mempercepat reaksi kimia. 

Kalau istilah itu kita pinjam dalam pendidikan, kelas yang berfungsi sebagai katalisator. 

Coba bayangkan para ilmuwan dalam menyusun menemukan teorinya. Mengapa apel jatuh ke bawah. Mengapa orang melihat harus ada cahaya? Newton telah melakukan percobaan berkali-kali sampai menemukan rumus gravitasi. 

Nah, anak-anak sekarang tidak perlu belajar bertahun-tahun untuk mengetahui mengapa kalau setipa benda jatuh ke bawah, apa yang menarik sebuah benda kalau jatuh ke bawah. Untuk memahami itu hanya dibutuhkan lima menit belajar pada guru di kelas. Atau membaca buku tentang gravitasi. Tamat bukunya, kita paham tentang gravitasi.

Tidak terbayangkan saat ini untuk menjadi seorang dokter tanpa masuk kelas dan praktik bedah mayat. Jika belajar sendiri, seperti yang dilakukan Ibnu Sina dan muridnya untuk mengetahui letak jantung di dalam tubuh. Hidup kita jadi penuh horor. Karena itu, calon dokter harus masuk kelas. Mereka menerima pengetahuan yang dirumuskan dalam ratusan tahun untuk mengetahui ilmu kedokteran hanya dalam enam tahun.

Jadi begitulah yang disebut pendidikan. Lalu apa pula yang disebut pendidikan formal. Pendidikan formal itu gampangnya adalah belajar di sekolah yang mempunyai kurikulum yang disahkan pemerintah. Kurikulum itu mengatur apa saja yang harus kita pelajari selama Sd, SMP, atau SMU. Jadi, ada standar yang harus dipenuhi oleh lembaga pendidikan agar setelah kita lulus, kita mempunyai tingkat pengetahuan segini atau segitu. Standar ini menurut pemerintah cukup untuk bekal kita hidup di masyarakat. 

Jika seseorang ingin cepat bekerja, maka dia masuk kelas khusus keahlian setelah lulus SMU. Di kelas itu ada katalisator untuk siswa yang ingin menjadi akuntan, ahli desain grafis. Jika belajar sendiri juga bisa, tapi makan waktu lama. Dan tidak ada sertifikat yang menunjukkan bahwa seseorang itu memang mempunyai pengetahuan yang cukup di bidang itu. Ijazah dan sertifikat sejatinya adalah bentuk bukti bahwa seseorang itu mempunyai keahlian seperti ditulis di sertifikat. 

Jika seorang anak ingin lebih cepat dan ingin lebih banyak pengetahuannya tentang suatu hal, dia bisa mengikuti pelajaran tambahan di luar, yang disebut kursus, atau pendidikan nonformal. Atau siapa saja bisa mengikuti pendidikan nonformal ini. Namun fungsinya sama saja yaitu sebagai katalisator agar si anak lebih cepat memahami sesuatu.

Nah, ada lagi tipe anak, yang harus ilmu pengetahuan. Dia tidak merasa cukup masuk kelas. Dia juga merasa perlu ikut pendidikan nonformal (misalnya, karena mahal atau dianggap mengulang-ulang apa yang didapat di kelas), dia bisa datang ke taman baca. Taman baca formal namanya Perpustakaan. Taman baca yang dikelola oleh perorangan, ya, namanya taman baca saja.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline