Lukisan Denny JA berjumlah 300 lebih. Rasanya hampir semuanya telah saya intip melalui media sosial, sejak Denny mulai melukis menggunakan tinta dan kuas Artificial intelligence (AI), hampir dua tahun lalu.
Kamis 13 Juni 2024 saya melihat langsung lukisan itu di hotel Mahakam Residence 24, Jl. Mahakam, tidak jauh dari stasiun MRT Blok M Jakarta Selatan. Sebanyak 182 frame lukisan, di dinding selasar hotel 7 lantai itu saya perhatikan.
Ada kesan yang sangat berbeda menatap lukisan ini secara langsung, dibandingkan dengan mengintip lukisan di media sosial. Rupanya, layar HP saya tidak bisa memantulkan image atau gambar sebaik hasil cetakan yang besar di atas kanvas berkualitas baik.
Hotel bertarif di bawah Rp500 ribu terasa mewah. Inilah satu-satunya hotel yang saya ketahui memiliki lukisan dalam jumlah besar.
Ini kesan umum saya melihat rangkaian lukisan hasil kerja kolaborasi Denny JA dengan Artificial Intelligent.
Sebagian besar lukisan Denny JA itu menampilkan wajah, yang memenuhi mayoritas ruang kanvas. Wajah itu berasal dari foto asli atau image di internet, lalu dilukis ulang oleh Denny menggunakan AI.
Tentu saja semuanya berasal dari wajah orang terkenal, seperti Gandhi, John Lennon, Maria Teresa Bojaxhiu dan sebagainya.
Pada lukisan bertema revisiting, Denny banyak menggambar ulang wajah para pelukis dunia, atau melukis ulang karya pelukis dunia itu. Semuanya pelukis top. Ada Van Gogh, Rembrandt, Fernando Botero dan lainnya. Ada Raden Saleh dan Affandi dari tanah air.
Yang menarik, kualitas ketajaman wajah pada lukisan itu berbeda-beda. Ada yang detailnya muncul. Karakter wajah jadi tebal. Ada pula tidak banyak garis di muka. Wajah Ibu Teresa, di beberapa lukisan di sini, banyak ragamnya.
Bahkan wajah pelukis Affandi, yang memiliki gaya aut-autannya, detailnya juga hilang.
Tentu saja hal ini disengaja oleh Denny. Sebab aplikasi AI sebenarnya mampu mengeluarkan detail wajah seseorang. Tapi Denny tidak melakukannya, atau tidak memilih aplikasi berintelejen untuk mengeluarkan guratan wajah seseorang.