Lihat ke Halaman Asli

Jon Kadis

Wiraswasta

Perkawinan bukan hubungan badan semata & apa kata Socrates?

Diperbarui: 20 September 2022   23:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri 

Dua berbeda jadi satu

Marriage is the union of two different things into one (Perkawinan itu adalah penyatuan dua hal berbeda menjadi satu).

Untuk tidak dilakukan rahasia oleh dua orang (kedua mempelai), maka disaksikan oleh banyak orang. Sah. Ketika penyatuan dua hal berbeda itu dilakukan dalam ritual khusus, itu sebagai tanda bahwa Tuhan merestuinya.

Dua hal berbeda, dua jenis berbeda, psikis & raga berbeda, tapi saling tertarik. Ketertarikan yang kuat sekali. Menyatu. Total body menyatu dalam sebuah tanda apa yang disebut, maaf kata ini, yaitu "berhubungan sex".

Ketertarikan untuk "berhubungan sex" ini beda tipis antara "hubungan badan sex  karena hubungan cinta sekaligus". Dalam konteks perkawinan, manusia yang bermartabat dan punya arti di hadapan Tuhan itu, adalah "penyatuan dua hal berbeda baik badan maupun cinta sekaligus" itu. Inilah argumentasi suci dari sebuah perkawinan. Perkawinan bukan hubungan badan semata.

Beda tipis yang diabaikan

Besa tipis tadi kadang diabaikan. Badan/raga/ fisik terpisah dari cinta. Apa yang terjadi? Ketertarikan badan beda lawan jenis menjadi barang handal untuk diperjualbelikan atau saling melakukan pemenuhan kenikmatan badan (baca nafsu).  "Herannya, hal itu dipandang wajar saja. Hal tersebut menyimpang dari hakikat & martabat manusia, tapi dipandang sebuah kewajaran. Maka, pelacuranpun, sex bebas. selingkuh terjadi. Itulah dosa", kata Pengkotbah. "Itu sebagai hal wajar-wajar saja", kata para pelakunya. "Nikmat, wajar, normal", itu argumennya. "Sesungguhnya itu adalah api neraka yang sedang membakar jiwa, tapi dibalut oleh apa yang disebut wajar-wajar saja tadi. Itu menyenangkan, bahagia? Ya ! Tapi itu sesungguhnya sebuah kebahagiaan palsu pada hayatmu yang masih dikandung badan di bumi", kata Pengkotbah.

Apa kata Filsuf Socrates tentang Pernikahan?

Socrates, yang hidup di antara masa 470-399 SM, bicara makna pernikahan : "Menikah adalah bab mengambil keputusan, setelah engkau melakukan proses pencarian. Tidak ada manusia sempurna, selalu ada kekurangannya. Jika engkau melihat gadis cantik, di tempat lain juga ada gadis yang lebih cantik.  Jika mendapatkan istri yang baik, anda akan menjadi bahagia. Jika mendapatkan istri yang buruk, anda akan menjadi seorang filsuf".

Ucapan Socrates ini mengundang reaksi kritis dan logis. Kenapa? Sederhananya adalah : seseorang bisa menjadi filsuf itu antara lain karena istrinya buruk. Itu kalau kita berpikir sempit tentang Socrates. Apakah kita benar?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline