Lihat ke Halaman Asli

jangan merobek cinta di koja robek

Diperbarui: 17 Januari 2025   12:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Maria Petronela Herenggeka Niron, Kepala Desa Hewa

JANGAN  MEROBEK CINTA DI KOJA ROBEK

Oleh: Yohanes Joni Liwu, S.Pd

Kisah pilu warga terdampak erupsi GL ( Gunung Lewotobi ) selalu saja membekas. Setidaknya ribuan warga yang hari --hari ini selalu mendapat donasi dari tiap orang berhati baik di republik ini. Mereka mungkin saja tidak berkekurangan sandang dan pangan, tetapi soal kelayakan menghuni tenda-tenda darurat menjadi masalah. Bebarapa warga di pengungsian terlihat kerepotan menghindari genangan air dalam tenda pengungsian. Musim penghujan di akhir-akhir bulan ini  dapat pula menjadi " bencana" bagi mereka. Belum lagi bagi sejumlah pasien. Ini tentu menjadi PR baru bagi pemerintah sebelum merka direlokasi. Betapa hari-hari ini mereka masih melitani kidung sendu menatap hari-hari  jelang akhir tahun. Bukan tidak mungkin kepedihan hati semakin menjadi jelang masa-masa adven hingga Natal.

Hal lain yang sedang hangat dibicarakan yakni soal relokasi warga terdampak.Ini tentu menjadi sangat penting karena hunian mereka sekarang itu sementara ( Huntara ). Warga membutuhkan kepastian untuk direlokasi. Sebagamana diketahui, warga diberi pilihan untuk mengikuti relokasi terpadu atau mandiri.Bahkan  pada surat pernyataan, warga juga diberi pilihan untuk tidak memilih direlokasi ( entah terpadu maupun mandiri ) dengan beberapa konsekuensi. Termasuk siap menerima resiko dan tidak menuntut kepada pemerintah daerah jika di kemudian hari terjadi erupsi GL laki-laki. Adanya plihan ketiga tentu karena alasan-alasan tertentu.Meski  demikian, sampai sejauh ini belum diketahui secara  pasti berapa jumlah warga yang memilih opsi yang ketiga ini.

Salah satu desa di Kecamatan Wulanggitang yang direlokasi adalah Desa Nawukote. Hampir seluruh bangunan perumahan warga rusak berat. Menurut penuturan warga, bencana letusan GL ini sungguh tragis. Penduduk tak berdaya melihat puing-puing rumahnya. Sungguh kenyataan pahit yang mesti ditelan. Meski demikian, hampir seluruh warga bersedia direlokasi.  Salah satu  tempat yang  yang menjadi pilihan adalah wilayah Koja Robe, yang terletak di wilayah  Desa Hewa, Kecamatan Wulangitang. Menurut kepala Desa Hewa, Maria Petronela Herenggeka Niron,  dalam percakapan  dengan penulis ( Selasa, 19/11), warga di desa Hewa yakni tuan tanah Suku Widin  dan pemilik tanah ulayat di wilayah Koja Robek telah mengetahui rencana tersebut. Mereka bahkan telah bersepakat untuk memberikan wlayah itu  atas dasar kemanusiaan dan persaudaraan. Pertimbangan lain, wilayah Koja Robek berdekatan dengan Desa Nawokote, desa terdampak erupsi. Hal yang memudahkan warga untuk kemudian bisa bertani atau berkebun di desanya semula.

"Tidak jauh dengan desanya semula " demikian, Erna, kepala Desa Hewa menjelaskan.

Tentang pilihan wilayah Koja Robek itu telah dibicarakan dalam rapat bersama dengan Pemerintah Kabupaten Flores Timur dan instansi terkait.Ia berharap pemerintah secepatnya melakukan survei dan selanjutnya membangun perumahan bagi warga terdampak. Lebih lanjut Erna menjelaskan  jika wilayah itu sangat strategis karena berdekatan dengan sungai yang mengalir sepanjang musim.

Meski diakui kepala Desa Hewa bahwa tuan tanah Koja Robek telah mengikhlaskan tanahnya sebagai area pemukiman, tetapi harus dibicarakan dengan baik. Dengan baik dalam artian, pemerintah daerah mesti bijak menyikapi hal ini. Mesti  diketahui, tanah sejengkal kadang menjadi masalah besar di kemudia hari.

" Oke lah, untuk kondisi sekarang, tetapi belum tentu di kemudian hari,"  jelas Kristofotus Uran, warga Desa  Hewa.

 Orang Hewa sangat mengenal kondisi tanah di Wilayah Koja Robek yang sangat cocok untuk perkebunan.  Itu berarti tanah tersebut merupakan lahan produktif. Jika lahan tersebut kemudian telah menjadi perkampungan, bukan tidak mungkin pemilik tanah ulayat disekitar Kojak  Robek akan mulai memperhitungkan harga tanah tiap jengkalnya.

 " Agar tidak terjadi benturan di kemudian hari, maka hal-hal kecil seperti ini mesti dipikirkan dan disepakati bersama. Termasuk membicarakan batas tanah untuk wilayah relokasi sehingga tidak terjadi pencaplokan tanah di kemudian hari.Konflik tentang tanah itu biasanya berbuntut panjang. Kita tentu tidak ingin konflik soal tanah akan terjadi di kemudian hari," lanjut Rus Uran demikian, Kristoforus sering disapa.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline