Pernahkah anda mengonsumsi makanan salad? atau seberapa seringkah anda mengonsumsi salad?
Salah satu sayuran pada salad adalah selada dimana hubungan keduanya tetap bertahan hingga saat ini. Baru-baru ini publik Amerika Serikat dan Kanada dihebohkan dengan kontaminasi E.coli yang menyerang Selada Romaine.
Selada yang berasal dari Negara Yunani tersebut merupakan jenis selada yang paling sering digunakan sebagai bahan pembuatan salad dibandingkan varietas selada lainnya. Awalnya Amerika Serikat melalui The Centers for Disease Control and Prevention(CDC) belum menduga penyebab kontaminasi namun Otoritas Kanada mengeluarkan pernyataan terlebih dahulu bahwa kontaminasi disebabkan oleh E.coli O157:H7 yang mengontaminasi Selada Romaine dan setelah diteliti, ditemukan kemiripan ciri-ciri antara bakteri yang mengontaminasi Amerika Serikat dan Kanada.
Sebagaimana dilansir dari website CDC, menurut Matthew Wise, MPH, PhD yang mengawasi kasus ini menyatakan hingga saat ini otoritas Amerika Serikat masih belum mengajukan pelarangan mengonsumsi Selada Romainne karena belum menemukan bukti yang cukup dimana sebelumnya korban di Amerika Serikat menyatakan hanya mengonsumsi Daun Hijau sedangkan Otoritas Kanada menelusuri data penjangkitan E.coli di Bulan November hingga Desember 2017 dan ditemukan kesaksian para korban yang mengaku mengonsumsi Selada Romainne sebelum terjangkit.
Di Kanada, kasus keracunan E.coli pada Daun Selada Romaine hingga 10 Januari 2018, terdapat 42 kasus yang tersebar di 5 negara bagian yaitu Ontario, Quebec, New Brunswick, Nova Scotia, Newfoundland dan Labrador. Dari 42 kasus yang terjangkit sebanyak 17 orang dilarikan ke rumah sakit dan memakan 1 korban hingga meninggal dunia. Mayoritas korban sebanyak 74% adalah wanita yang tersebar pada umur 3- 74 tahun yang artinya tersebar di segala umur. Di Amerika Serikat, kasus keracunan E.coli O157:H7 meracuni 24 orang yang tersebar di 15 negara bagian.
Seperti diketahui, bakteri E.coli merupakan bakteri yang tergabung dalam kelompok bakteri yang dapat menghasilkan shiga-toxindan biasa hidup di dalam saluran pencernaan mahluk hidup baik hewan ataupun manusia. Sebagian besar bakteri E.coli tidak berbahaya bagi manusia bahkan bakteri E.coli juga berguna bagi pencernaan manusia. Akan tetapi beberapa strainE.coli memiliki sifat patogen (dapat mengakibatkan penyakit). Sarana penyebaran bakteri E.coli dapat berawal dari feses hewan yang sebelumnya telah terserang penyakit. Kontaminasi dengan feses hewan dapat berasal dari berbagai sumber seperti air irigasi dan pupuk.
Adapun gejala akibat keracunan E.coli adalah pusing, kram perut (muncul 10 hari setelah dikonsumsi), diare sambil mengeluarkan darah dan berair, dan demam. Seringkali kita beranggapan hal tersebut dapat diobati oleh antibiotik, namun anggapan tersebut dalam kasus ini tidak sepenuhnya benar dikarenakan apabila diobati dengan bantuan antibiotik dapat memicu komplikasi baru yang disebut HUS dengan gejala antara lain : sulit buang air kecil, mudah mengalami memar, lesu, kulit pucat.
Untuk mencegah terjadinya penyebaran lebih banyak, baik otoritas Kanada maupun Amerika Serikat sepakat untuk menyarankan warganya menghindari konsumsi Selada Romainne untuk sementara.
Cara untuk mencegah lainnya dengan beberapa cara seperti menyortir daun-daun yang telah menguning, dicuci dengan air mengalir, bilas hingga kotoran hilang, dan diusahakan tidak merendam selada dalam air karena dikhawatirkan air dapat menjadi media kontaminasi. Adapun setelah direndam, air selada kemudian dimasukkan dalam suhu refrigerator dan dapat memiliki waktu simpan hingga 7 hari. Selama proses penyimpanan, daun yang layu wajib dibuang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H