Diplomasi Publik
Saat ini, negara-negara semakin sering menggunakan soft diplomacy sebagai alat utama dalam hubungan internasional. Faktor-faktor seperti perkembangan teknologi, dinamika politik internasional, dan peran aktor-aktor global berkontribusi signifikan terhadap pergeseran ini. Sedangkan hard diplomacy yang melibatkan tindakan tegas dan konfrontatif, kini hanya diterapkan dalam situasi insidental dan kondisional.
Sebaliknya, soft diplomacy yang menekankan pada pendekatan kooperatif dan aman menjadi lebih dominan. Salah satu bentuk soft diplomacy yang paling populer adalah diplomasi publik, di mana negara-negara berusaha membangun hubungan positif dengan masyarakat internasional melalui komunikasi dan pertukaran budaya.
Dengan menggunakan diplomasi publik, negara-negara dapat meningkatkan citra mereka, membangun kepercayaan, dan mempromosikan nilai-nilai mereka. Pendekatan ini dianggap lebih efektif dalam menciptakan pemahaman, kerjasama, dan stabilitas di antara negara-negara. Ini juga memungkinkan negara-negara untuk menghadapi tantangan global secara bersama-sama, dengan cara yang lebih damai dan konstruktif.
Adanya diplomasi publik tentu memiliki tujuan yang akan dicapai. Menurut Jay Wang, diplomasi publik sebagai konsep yang sifatnya multi dimensi dan mencakup tiga tujuan utama, yaitu: (1) mempromosikan tujuan dan kebijakan negara, (2) bentuk komunikasi nilai dan sikap, serta (3) sebagai sarana untuk meningkatkan pemahaman bersama dan mutual trust antara negara dan masyarakat. Jika membaca tujuan tadi, pemerintah menggunakan komunikasi dalam diplomasinya, serta melibatkan semua kekuatan yang ada dalam negara tersebut. Seiring dengan makin kompleksnya isu-isu dalam hubungan internasional, aktivitas diplomasi dituntut berperan lebih signifikan dan efektif untuk kepentingan nasional. Salah satu instrumen dari diplomasi publik adalah diadakannya gastrodiplomasi.
Gastrodiplomasi
Singkatnya, gastrodiplomasi merupakan diplomasi budaya yang menggunakan makanan/kuliner sebagai sarana untuk meningkatkan brand awareness suatu bangsa. Gastrodiplomasi merupakan bagian dari diplomasi publik dan diplomasi budaya, yang merupakan cara halus untuk dapat meningkatkan apresiasi, membangun saling pengertian dan memperbaiki citra bangsa.
Pemerintah harus mengambil langkah untuk melindungi kekayaan budaya Indonesia dengan menjaga dan melestarikan seluruh warisan budaya yang ada, termasuk warisan budaya kuliner. Langkah ini dilakukan untuk mencegah pengklaiman oleh negara lain di masa depan. Pencurian budaya oleh negara lain sering terjadi karena kurangnya perhatian pemerintah terhadap kekayaan budaya, sehingga memberikan peluang bagi negara lain untuk mengklaimnya. Oleh karena itu, penting bagi pemerintah untuk tidak hanya memperkenalkan budaya Indonesia kepada generasi penerus, tetapi juga kepada masyarakat internasional.
Beberapa contoh negara di dunia sudah menggunakan gastrodiplomasi terlebih dahulu dan berhasil dalam menjalankannya sehingga mereka dapat memperkenalkan kuliner dan budaya ke negara lain. Thailand, merupakan salah satu negara yang sukses dalam menggunakan kuliner sebagai diplomasi melalui program "Global Thai" pada tahun 2002. Hasilnya makanan Thailand begitu mendunia. Setelah itu disusul negara-negara berikutnya yaitu Denmark, Swedia, Norwegia, Jepang, Peru, Malaysia, Taiwan, dan Australia.
Gastrodiplomasi Indonesia
Lantas bagaimana dengan Indonesia? Meski belum mengeluarkan kampanye besar layaknya Kitchen of The World milik Thailand, Indonesia kerap kali telah melancarkan gastrodiplomasi di berbagai negara. Indonesia sendiri merupakan salah satu negara yang memiliki makanan khas yang beraneka ragam.